Pagi yang indah - atau lebih tepatnya menjelang siang - sebab hari ini tak seperti biasanya. Janji yang ku buat dengan Ika, seorang sahabat dari Blora, sungguh membuatku berpikir. Bagaimana tidak? Telah hampir 2 tahun aku tak bertemu dengannya. Kabarnya saja hanya ku peroleh dari sahabat yang lain. Aah, mengapa selama ini aku tak pernah menghubunginya. SMS saja cukup jika aku terlalu sayang pada pulsaku. Padahal aku tau bahwa ia tak sepertiku yang suka ganti nomor. :-)
Setiba aku ditempat yang telah dibicarakan, aku mengirim SMS kepadanya. Ia menyambutku seraya menjabat tanganku. Mungkin karena terlalu kangen, aku sampai memeluknya didepan umum, di kantin. Tak apalah, toh ini masih dikampus. Begitu banyak mahasiswa yang melakukan hal serupa. Apalagi dominasi yang cukup besar itu tampak dikarenakan sebagian besar adalah muslim.
Setelah aku, muncullah satu per satu, Nur, Dewi dan Nida. Bergantian kami bercerita dan memberikan feedback atas cerita masing - masing. Tuhan, sungguh, rasanya ciut sekali hatiku. Apa yang mereka alami sudah begitu banyak, sedang hamba masih berada di satu titik yang hamba tak tau akan beranjak kapan dari titik itu.
Kurasa tak terlalu ekstrem aku mengatakan diriku seperti itu. Hanya saja terkadang aku pikir bahwa diriku ini terlalu sentimentil. Memang, dan aku pun termasuk orang yang mungkin 50% hidupku adalah mimpi. Mimpi indah tentang masa depan.
Mereka sahabatku, meski terkadang tak satu visi dan misi, tetap membuatku menyayangi mereka. Tak ada alasan untuk men-judge mereka yang - kurasa - memiliki mimpi hanya sekedarnya. Cukup untuk hari ini dan esok. Sederhananya mungkin begitu.
Aku sangat tau bahwa dalam hal akademis, aku tak lebih baik dari mereka. Bahkan bisa dibilang paling bawah. Aku pun berpikir bahwa mereka bisa menjadi orang jenius dengan kepandaian mereka. Hebat bukan? Namun dengan keterbatasan itulah yang akhirnya membangunkanku dari tidur yang panjang. Aku harus berbuat sesuatu, aku harus produktif dan aku harus menjadi seseorang yang tak kalah deri mereka.
Aku telah meniatkan di hatiku, aku akan menuntut ilmu hingga ke benua Eropa dengan mencari beasiswa. Bismillah. Aku yakin ini kesempatan emas bagiku. Sebab melihat sahabat - sahabatku sendiri tak mampu kesana. Lagi - lagi bukan akademis yang tak mencukupi. Bahasa Inggris! Itu saja masalahnya. Hehe..
Aku berharap impian besar ini bisa terwujud agar kelak aku bisa membangun mind-set sahabat - sahabatku dan ikut bersama mereka membangun negeri ini dengan menjadi dosen. That's enough!
Bertemu dengan sahabat - sahabat lama ternyata memberiku energi. Energi untuk kembali bergerak, energi untuk kembali berbuat juga energi untuk mengejar segala citaku hingga titik darah penghabisan.
Terima kasih, sahabatku,
Sekecil apapun dukungan kalian terhadapku, aku yakin bahwa kalian selalu mendoakanku