Mohon tunggu...
Asya Nura
Asya Nura Mohon Tunggu... -

Listening, reading, writing, speaking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari-hari Terisi Plagiasi

3 April 2018   23:41 Diperbarui: 3 April 2018   23:50 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Entah apa yang sedang terjadi di negeri ini. Korupsi belum berhenti, sudah ketambahan plagiasi. Terasa keadaan ini semakin ngeri. Tak ada ketenangan disana-sini. Yang buruk semakin menjadi, yang baik justru dibuli.

Tak hendak diri ini menggurui. Hanya sekadar menyampaikan isi hati. Betapa sedih melihat adik-adikku kini. Mendulang bahagia dari hasil plagiasi. Menyalin apa-apa tanpa permisi. Lalu besar-besaran mempublikasi. Menerima segala puja-puji. Namun terlupa pada ajaran Ilahi.

Dik, pemilik ilmu itu rendah hati. Tak membutuhkan basa-basi. Juga tak perlu rating yang tinggi. Karena tulisannya adalah hasil perenungan diri. Sebagai bagian dari mengimani Sang Ilahi. Karena semakin mengetahui, akan semakin tenang kondisi hati. Hidup pun hanyalah bahan uji. Yang 'kan dikalkulasi di akhir nanti.

Adik-adikku, baik D.E. atau siapa pun, bertumbuh dulu baru jiwamu terisi. Berjuang dulu baru engkau mengerti. Bergerak dulu baru 'kan kaupahami.

Menulis bukan sekadar mengisi diary. Ada proses panjang di balik ini. Tak pernah ada penulis instan hari ini. Yang ada hanya belum dikenal lalu menjadi inspirasi. Dan tetap saja butuh waktu lama untuk melakukan ini. Menulis juga bukan sekadar menyusun kata-kata yang menghampiri.

Tetapi menulis itu melibatkan banyak panca indera khususnya hati. Jika kau lihat langit yang tinggi, ada berjuta bahkan milyar kata yang bisa kautelusuri. Sebab langit tak pernah sendiri. Akan ada mega, bintang dan lainnya yang menemani. Bahkan di kala hujan, ia tidak menyepi. Ada air yang berjatuhan menghiasi hari. Menebar manfaat bagi lahan yang tak bergizi.

Satu dan lain hal selalu bersinggung diri. Jangan biarkan iri hati menggerogoti. Pun penyakit 'ain menjangkiti. Bisa-bisa kau jauh dari surga-Nya nanti. Sedang inginmu berkumpul dengan mereka yang kaucintai.

Tinggalkanlah segala plagiasi. Tiru secukupnya bukan lalu namanya diganti. Jika hal itu terulang kembali, takkan ada yang percaya padamu nanti. Menjadi plagiat takkan membuatmu berseri. Hanya menumpuk penyesalan yang 'kan membuatmu nyeri. Jika saat ini hatimu belum terilhami, semoga bukan 10 atau 20 tahun lagi kau menyadari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun