Sepanjang perjalanan menuju kota Pahlawan Surabaya, mata ini tertuju pada papan yang bertuliskan Pegadaian, kredit mikro kreatif di sebrang jalan. Sontak fikiran yang selama ini melekat, dimana pegadaian melayani kredit konsumtif dengan jaminan barang mulai dari motor, mobil, bahkan televisi, tape maupun magic com pun di layani.Â
Ketika kredit mikro tentu jangka waktunya beragam, hingga usaha mikro ini bisa tumbuh. Artinya bahwa orientasi lembaga keuangan pegadaian sudah mirip dengan lembaga keuangan yang lainnya, seperti perbankan. Baik bank konvensional maupun syariah. Disatu sisi, dalam perspektif nasabah ini menguntungkan karena banyak pilihan untuk memenuhi kebutihan bisnisnya. Namun disisi bisniskeuangan, ini menjadi tantangan, bahkan bisa dikatakan bersaing bebas, tanpa ada batasan regulasi seperti definisi dalam undang-undang.Â
Hal ini teringat diskusi dengan stakeholders BPRS yang merasakan adanya persaingan dari berbagai sudut. Dari atas bersaing dengan perbankan dan sekarang ada pegadaian. Belum lagi lembaga asuransi yang menyediakan sarana ini pula. Ke bawah bersaing demgan koperasi yang mengakses usaha mikro. Bagaimana kondisi ini dalam menjaga sustainability bisnis dalam bidang perbankan? Apalagi lembaga lembaga yang secara size belum besar, maka dituntut untuk mencukupi biaya operasionalnya. Butuh solusi yang solutif sehingga leuanhan perbankan bisa berjalan tumbuh dan bermanfaat bagi masyarakat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H