Sanggar Genjah Arum di Desa Kemiren Banyuwangi adalah rumah cinta pemiliknya Bapak Setiawan Subekti yang mulai membangun rumahnya dengan konsep Rumah Adat Kemiren di tahun 2015.
Memasuki ruangan depan Sanggar Genjah Arum sudah terasa atsmofir suasana sejuk dan tentram melihat aura rumah adat Kemiren yang sangat tertata rapi dan terawat.
Awalnya Pak Iwan panggilan akrabnya  sejak tahun 1995 mulai mengumpulkan kayu-kayu properti rumah kuno adat Kemiren sampai akhirnya terkumpul menjadi 9 rumah adat yang tersebar di atas tanah seluas 4.000 meter persegi.
Tanahnya dibeli sedikit demi sedikit sehingga terkumpul ada 6 sertifikat untuk tanah seluas 4.000 meter persegi itu dibeli  secara bertahap.
Berkunjung ke Sanggar Genjah Arum harus melalui reservasi khusus terutama bagi rombongan tamu yang ingin menikmati kesenian gandrung dan makanan menu tradisional asli Banyuwangi. Di sini juga bisa melihat pertunjukan musik lesung yang dimainkan oleh nenek-nenek Suku Osing yang semgaja atraksinya dipilih ibu-ibu yg telah sepuh karena lebih peka dalam bermusik lesung.
Beruntung saya dan suami bisa diterima langsung  oleh Pak Iwan dan rekannya Pak Aekanu seorang guide terkemuka diajak asyik ngobrol sampai 3 jam sambil menikmati kopi racikannya ditemani kue cucur, pisang goreng dan tahu petis yg lezat. Asyik mendengarkan cerita Pak Iwan sejarah berdirinya bangunan Sanggar Genjah Arum karena rasa cintanya dengan seni dan budaya Osing.
Sedikit sejarah tentang nama Sanggar Genjah Arum. Nama sanggar "Genjah Arum" berasal dari varietas padi yang banyak ditanam di Banyuwangi, yaitu varietas padi Genjah Arum. Sampai saat ini genjah arum masih ditanam di Banyuwangi secara organik.Â