Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Nadiem Makarim Tolong Segera Bikin Kurikulum Darurat Masa Pandemi

28 Juli 2020   21:07 Diperbarui: 29 Juli 2020   19:57 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran jarak jauh masih akan berlanjut pada tahun ajaran 2020/2021 ini. 

Anak-anak yang bersekolah di tingkat TK sampai SMA dipastikan akan tetap terhambat pembelajarannya karena hingga kini dari Kemendikbud dan Menterinya Nadiem Makarim belum ada upaya membuat kurikulum darurat untuk mengatasi kendala pembelajaran jarak jauh.

Akses kepemilikan telepon genggam dan komputer serta akses internet tetap menjadi kendala pembelajaran daring. Ini terutama tetap dialami siswa dari keluarga miskin dan siswa yang tinggal di Indonesia Timur yang tidak ada fasilitas listrik dan jaringan internet.

Riyadi Ariyanto seorang guru SMK di Jember, Jatim yang dihubungi penulis mengatakan hampir 95 persen murid-muridnya tidak memiliki paket internet karena kendala masalah ekonomi. “Untuk beli beras aja susah apalagi beli pulsa,”ujar Riyadi

Riyadi mengusulkan agar Mendikud segera mengeluarkan kurikulum darurat  untuk cara  mengajar guru selama masa pandemi yang kemungkinan sampai akhir  tahun 2020 berlanjut.

Riyadi menambahkan selama ini sebagian besar siswa di sekolahnya tidak dapat mengikuti pembelajaran. Pembelajaran daring tidak bisa berjalan karena sebagian besar siswa tidak mempunyai telepon pintar, kualitas koneksi internet juga buruk. Namun, pembelajaran secara luring juga terkendala rumah siswa yang jauh dan medannya sulit, bergunung-gunung yang tinggal jauh dari kota.

Pak Riyadi sedang mengajar online (dok fb riyadi)
Pak Riyadi sedang mengajar online (dok fb riyadi)

Diharapkan para guru mau mengunjungi siswa yang rumahnya tidak jauh dari beberapa muridnya untuk belajar kelompok minimal seminggu sekali.

Pembelajaran pada tahun ajaran baru ini diusulkan untuk di daerah yang muridnya tidak memiliki akses internet, para guru aktif utuk datang ke rumah murid dan mengajak murid secara aktif diajak bekerja sama melaksanakan tugas kelompok minimal seminggu sekali dengan tatap muka tetapi tetap menjaga protokol kesehatan.

Menurut Riyadi, seringkali para melakukan kesalahan karena  guru menggunakan tehnologi daring dalam pembelajaran. Sering terjadi  guru mengandalkan mesin-mesin aplikasi bekerja untuk mengajar murid mereka. Tidak bisa dan tak akan pernah bisa. Jika bisa, kelas akan berjalan kering dan akan berpusat hanya pada pemenuhan kerja soal atau tugas.

Tehnologi mesin hanya akan mempermudah untuk kepentingan administrasi kelas. Tetapi itu bukan roh pembelajaran sesungguhnya. Daya pikat pembelajaran tetap berpusat pada interaksi sosial personal guru-siswa, antar siswa dan penggunaan beragam sumber belajar dalam suasana yang terus membakar rasa ingin tahu anak.

Mengajar adalah kompetensi profesional yang tidak bisa dikerjakan sambil mengerjakan pekerjaan lain. Daring bukan berarti guru bisa mengajar sambil ditinggal joging atau ditinggal renang. Itu hanya iklannya agar orang menggunakan aplikasi itu.

Saat mengajar, sesuai jadwal yang telah ditentukan, guru dan siswa harus tetap berada dalam satu ruang dan tempat yang telah disepakati. Menjaga secara serius interaksi semua pihak dan sumber belajar.

Bagi murid yang tidak memiliki telepon genggam para guru diharapkan bersedia untuk mendatangi murid . Metode kunjungan guru ke rumah murid yang bisa dilakukan agar pembelajaran jarak jauh secara luring nanti bisa lebih efektif.

Dia mengatakan, di Jember bukan hanya sekolahnya yang terkendala pembelajaran daring ataupun luring, tetapi juga banyak sekolah lain. "Jangankan internet, di desa-desa terpencil   banyak orangtua yang tidak memiliki telepon genggam akibatnya kegiatan belajar siswa tidak terpantau, " kata Riyadi.

Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada April 2020 menunjukkan, 40.779 atau sekitar 18 persen sekolah dasar dan menengah tidak ada akses internet dan 7.552 atau sekitar 3 persen sekolah belum terpasang listrik. Akses peserta didik terhadap pembelajaran daring di rumah dapat lebih rendah lagi karena kendala kepemilikan telepon genggam, laptop dan kuota internet.

Riyadi mengusulkan agar dana BOS di daerah bisa juga dimanfaatkan untuk membeli paket internet murid sekolah yang membutuhkan.

Kendala belajar jarak jauh juga dirasakan Tutuk Mujiastuti seorang guru SMP di  Jember yang sebagian besar muridnya tidak memiliki komputer dan belajar dengan telepon genggam hanya menggunakan aplikasi grup whatsaap. 

"Sebagai guru saya lebih suka mengajar langsung di kelas daripada belajar online. Persiapannya lebih lama  dan ruwet untuk bahan mengajar saya harus  tulis dulu di progam power point dulu baru di share di grup wa di tiap jenjang kelas," ujar Tutuk.

Menurut Tutuk ,  cara mengajar selama pandemi dengan membuat mata pelajaran di progam power point baru di share di grup wa kelas dan   ada juga yang diunggah di web sekolah. 

Tugas-tugas dikirim oleh siswa melalui kantong tugas secara online, jika tidak bisa online secara offline muridnya mengumpulkan tugasnya ke sekolah. 

Dengan jadwal waktu yang telah ditentukan. Terjadwal tiap tingkat kelas beda waktu. Jadi setiap jenjang kelas 7, 8 dan 9 waktunya berbeda.

Menurut Tutuk, aplikasi zoom tidak bisa digunakan di kelasnya karena kendala murid-muridnya sebagian besar tidak memiliki paket internet." Kami mengandalkan grup whatsaap saja,” tuturnya.

Tutuk  berharap selama masa pandemi ada bantuan paket internet dari Mendikbud untuk sekolah-sekolah di  desa yang jauh dari jangkauan internet yang muridnya sebagian besar tidak mampu secara ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun