Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jembatan Multiguna Tanah Abang Tidak Mengubah Perilaku

19 April 2019   15:26 Diperbarui: 20 April 2019   14:06 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan multiguna Tanah Abang (dok asita)

Sudah enam bulan saya tidak berbelanja di Pasar Tanah Abang. Sabtu minggu lalu sengaja saya datang ke Tanah Abang dengan naik kereta api agar bisa mengakses jembatan multiguna Tanah Abang yang bisa mengakses langsung pejalan kaki mulai keluar pintu Stasiun Tanah Abang sampai ke  Blok F Pasar Tanah Abang.

Keluar dari Stasiun Tanah Abang saya sudah tidak perlu menginjakkan kaki lagi di trotoar Jalan Jatibaru tapi langsung menyusuri jembatan toko yang disebut jembatan multiguna atau skybridge tersambung langsung sampai Blok F. 

Di atas jembatan, semua kios yang berjualan aneka ragam seperti baju muslim, jilbab, baju anak-anak terisi penuh. Transaksi jual-beli saya lihat cukup ramai. Baju-baju yang dijual tergolong murah untuk baju blus wanita sekitar Rp 35.000 sampai Rp 50.000. Baju anak ada yang berharga Rp 25.000. Sambil berjalan, kita bisa cuci mata melihat baju-baju yang dipajang.

Dari atas penyebrangan jalan, saya memperhatikan di bawah bagian trotoar ternyata masih banyak juga pedagang kaki lima yang berjualan. Perilaku pedagang kaki lima tidak berubah. Padahal Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melarang pedagang kaki lima  untuk menggunakan jalan dan trotoar di Jalan Jatibaru Raya.

Pejalan kaki dipaksa menggunakan skybridge atau jembatan penyeberangan multiguna. Para pejalan kaki dari arah Pasar Tanah Abang yang hendak menggunakan KRL harus melintas melalui skybridge menuju Stasiun Tanah Abang. Sehingga yang berjalan kaki di trotoar bukan pengguna kereta api tetapi masyarakat penghuni sekitar Tanah Abang.

Suasana toko di jembatan multiguna (dok asita)
Suasana toko di jembatan multiguna (dok asita)
Sementara itu, pengguna transjakarta yang hendak melanjutkan perjalanan menggunakan KRL, bisa langsung menuju stasiun melalui tangga dekat halte transjakarta.

Pagar pembatas setinggi 1 meter telah dipasang di tengah Jalan Jatibaru Raya dan di sepanjang trotoar sehingga mempersulit para pejalan kaki untuk melompatinya. Kebijaksanaan ini sempat membuat protes dari Koalisi Pejalan Kaki yang  mengkritik Pemprov DKI mematikan fungsi trotoar yang sudah dibangun untuk pejalan kaki.

Seharusnya akses awal dan utama pejalan kaki di kawasan itu adalah trotoar dan zebra cross. Ia meminta keberadaan skybridge tidak menghilangkan aktivitas menyeberang di jalan. Diharapkan Pemprov DKI mengedepankan pejalan kaki. Ia mengusulkan pembangunan pelican crossing atau zebra cross yang memudahkan pejalan kaki.

Petunjuk arah di jembatan multiguna (dok asita)
Petunjuk arah di jembatan multiguna (dok asita)

Hampir satu tahun sejak Gubernur DKI, Anies Bawesdan menjabat, Jalan Jatibaru Raya sengaja akses jalannya ditutup untuk penampungan pedagang kaki lima. Akibatnya jalan-jalan seputar Tanah Abang bertambah macet dan perilaku pedagang kaki lima selama hampir satu tahun menguasai jalan raya mengakibatkan susah mengubah perilakunya untuk tidak berjualan di trotoar.

Ditambah, sikap para satpol yang kurang keras dan disiplin menghadapi pedagang kaki lima yang jualan di trotoar. Akibatnya sekarang trotoar seputar Tanah Abang tidak ada yang steril dari kaki lima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun