Bagi negara Jepang, gempa bumi adalah rutinitas. Itulah cerita anak saya Aji Raditya selama dia kuliah di Jepang. Saat di sana, anak saya juga pernah dibekali cara menghadapi gempa bumi. Oleh karena itu, saya merasa penduduk Indonesia yang tinggalnya di daerah gempa khususnya yang tinggal di Aceh, Lombok, Jawa Tengah, Sulawesi perlu diajari cara menghadapi gempa.
Setiap rumah tangga sangat memerlukan memiliki setidaknya 1 "tas siaga bencana". Untuk permulaan, siapkan tas ransel yang tipis dan enteng. Isi tas tersebut dengan minimal persediaan air mineral, biskuit, lampu senter, tali, obat P3K, powerbank, makanan kaleng, peluit, korek api, uang tunai, sarung, dan baju kering.
Tas usahakan warna terang, misal warna oranye, merah atau hijau terang. Bahannya bisa apa saja, yang penting enteng dan akan baik jika terbuat dari plastik atau bahan kain water resistant. Peluit diperlukan untuk memanggil pertolongan apabila kita dalam keadaan tertekan, misalnya di bawah reruntuhan bangunan.
Satu tas siaga tersebut wajib dimiliki oleh setiap rumah tangga dan diletakkan di dekat pintu keluar sehingga siap dibawa lari ketika gempa. Di Jepang tas siaga bencana ini dijual di supermarket. Biasanya juga dijual dengan isi yang cukup lengkap, mulai pampers, alat mandi, pembalut wanita, pisau, radio kecil, tisu basah, permen buah, dan sleeping bag.
Selama di Jepang, menurut anak saya, saat terjadi gempa, siaran televisi setempat langsung mengubah acaranya menjadi siaran darurat lokasi bencana. Dan yang terpenting: cara antisipasinya. Telepon pusat badan nasional gempa mereka (atau BMKG kalau di Indonesia) akan membantu masyarakat dengan cara menginfokan lokasi gempa dan antisipasinya, melalui bantuan operator.
Selain itu, diperlukan juga penegakan hukum demi menjaga alat-alat pencegah dini tsunami dari ancaman pencurian. Alat ini akan membantu meminimalkan dampak bencana alam yang rawan bagi masyarakat pesisir.
Berikut cara orang Jepang menyelamatkan diri dari gempa. Info ini, saya ambil dari pelatihan yang didapatkan oleh anak saya:
- Masyarakat Jepang rajin melakukan pelatihan bencana. Di dekat pintu, mereka mempersiapkan ransel siaga bencana yang berisi air mineral, makanan kering atau makanan kaleng, obat-obatan P3K, uang tunai, pakaian kering, radio, senter, peluit, dan sleping bag.
- Pelatihan menghadapi bencana gempa dan tsunami dilakukan secara rutin di sekolah.
- Apabila terjadi gempa bumi hindari lemari, kaca, lampu hias agar tidak kejatuhan dan sembunyi di bawah meja kayu yang kuat. Setelah gempa bumi selesai, baru lari meninggalkan rumah dengan membawa tas siaga bencana.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!