Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film "Meet Me After Sunset" Membuatku Baper

10 Februari 2018   20:09 Diperbarui: 10 Februari 2018   20:15 2525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Meet Me After Sunset  dijadwalkan rilis pada tanggal  22 Februari 2018. Sebelum dirilis, filmnya telah lebih dulu dipertontonkan khusus untuk rekan media dan blogger untuk pertama kalinya pada Jumat 9 Februari 2018 dalam acara yang bertajuk "Press Screening  Film Meet Me After Sunset" di CGV Grand Indonesia Jakarta.

 Film Meet Me After Sunset produksi MNC Pictures yang sudah diproduksi sejak tahun lalu ini  dibintangi oleh beberapa artis remaja hingga senior seperti Maximme Bouttier, Agatha Chelsea, Billy Davidson, Feby Febiola, dan Iszur Muchtar. Semua pemeran utama film hadir dalam acara tersebut.

Dalam acara temu media, Agatha Chelsea peran utama wanita sebagai Gadis, mengungkapkan kesulitannya dalam film itu hanya masalah cuaca yaitu merasa kedinginan selama shooting karena lokasinya di pabrik kebun teh Kertasari daerah Bandung. Tapi karena faktor kedinginan membuat sesama crew film menjadi rukun karena sering berkumpul untuk mengobrol bersama.

Pemeran utama film (dok pribadi)
Pemeran utama film (dok pribadi)
Danial Rifki sebagai sutradara , menyatakan ada beberapa kesulitan teknis saat melakukan syuting.  Yaitu banyak  adegan yang menampilkan siang hari menjadi malam hari karena tuntutan cerita tokoh Gadis yang bisa keluar rumah hanya di malam hari karena memiliki penyakit tidak bisa kena matahari.

Juga banyak adegan menggunakan efek khusus seperti hujan meteor dan kunang-kunang banyak berterbangan menyala seperti kumpulan banyak bintang menyala membuat film ini lebih menarik.

Faktor perbedaan  usia antara artis  yang generasi milineal dan crew film juga membuat tim produksi merasa harus banyak-banyak mengingat seperti apa kisah cinta saat muda mereka dulu. Dalam film untuk remaja 13 tahun keatas ini, tidak ada sama sekali unsur kemesraan pacaran tapi terasa ada romantisme yang lebih menyentuh. Karena menurut Danial, cinta tidak harus diwujudkan dengan kemesraan tapi bisa juga dengan perhatian.

Aku sempat mengintip buku harian Gadis (dok pribadi)
Aku sempat mengintip buku harian Gadis (dok pribadi)
Dalam film ini Maximme Bouttier yang menjadi Vino memberi perhatian dengan sangat supaya Gadis bisa keluar rumah di siang hari dan bisa kena matahari dengan memberikan baju astronot dan mengajak Gadis jalan-jalan naik motor ke Bandung menikmati mall dan makan steak daging yang  tidak pernah dialaminya.

Yang membuat surprise Maximme Bouttier  menciptakan lagu sendiri untuk film ini . Ada adegan  Maximme main ukulele itu bener Maximme yang buat pada saat syuting dan lagunya dikarang sendiri.

Film produksi MNC Pictures ini menceritakan tentang kehidupan seorang wanita bernama Gadis yang diperankan oleh Agatha Chelsea yang hanya memiliki kehidupan di malam hari, dan dihiasi dengan percintaan segitiga antara Vino  dan Bagas yang diperankan Billy Davidson yang ingin merebut hati Gadis.

Jumpa media di dalam studio film (dok pribadi)
Jumpa media di dalam studio film (dok pribadi)
Berbeda dengan film remaja kebanyakan, Meet Me After Sunset justru menyajikan kisah cinta para remaja tanpa adanya kontak fisik seperti bergandengan tangan, berpelukan, apalagi berciuman.Dalam film berdurasi kurang dari dua jam ini, sang sutradara menunjukkan percintaan remaja tak seharusnya dibalut dengan kontak fisik, tapi dengan perhatian dan keinginan yang diungkapkan oleh buku harian yang ditulis Gadis dan diwujudkan oleh Vino sampai membuat penyakitnya sendiri kambuh.

Sementara itu, penulis skrenario, Haqi Ahmad menyatakan bahwa dirinya baru pertama kali menulis sebuah skenario yang yang bertema cinta tapi tanpa kontak fisik. Mungkin ini juga berpengaruh karena lokasinya di pedesaan Ciwedey."Film ini penuh tantangan nulisnya, karena banyak aspek, ada penyakit, ada cinta, dan ada filososfi," tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun