Film Meet Me After Sunset  dijadwalkan rilis pada tanggal  22 Februari 2018. Sebelum dirilis, filmnya telah lebih dulu dipertontonkan khusus untuk rekan media dan blogger untuk pertama kalinya pada Jumat 9 Februari 2018 dalam acara yang bertajuk "Press Screening  Film Meet Me After Sunset" di CGV Grand Indonesia Jakarta.
 Film Meet Me After Sunset produksi MNC Pictures yang sudah diproduksi sejak tahun lalu ini  dibintangi oleh beberapa artis remaja hingga senior seperti Maximme Bouttier, Agatha Chelsea, Billy Davidson, Feby Febiola, dan Iszur Muchtar. Semua pemeran utama film hadir dalam acara tersebut.
Dalam acara temu media, Agatha Chelsea peran utama wanita sebagai Gadis, mengungkapkan kesulitannya dalam film itu hanya masalah cuaca yaitu merasa kedinginan selama shooting karena lokasinya di pabrik kebun teh Kertasari daerah Bandung. Tapi karena faktor kedinginan membuat sesama crew film menjadi rukun karena sering berkumpul untuk mengobrol bersama.
Juga banyak adegan menggunakan efek khusus seperti hujan meteor dan kunang-kunang banyak berterbangan menyala seperti kumpulan banyak bintang menyala membuat film ini lebih menarik.
Faktor perbedaan  usia antara artis  yang generasi milineal dan crew film juga membuat tim produksi merasa harus banyak-banyak mengingat seperti apa kisah cinta saat muda mereka dulu. Dalam film untuk remaja 13 tahun keatas ini, tidak ada sama sekali unsur kemesraan pacaran tapi terasa ada romantisme yang lebih menyentuh. Karena menurut Danial, cinta tidak harus diwujudkan dengan kemesraan tapi bisa juga dengan perhatian.
Yang membuat surprise Maximme Bouttier  menciptakan lagu sendiri untuk film ini . Ada adegan  Maximme main ukulele itu bener Maximme yang buat pada saat syuting dan lagunya dikarang sendiri.
Film produksi MNC Pictures ini menceritakan tentang kehidupan seorang wanita bernama Gadis yang diperankan oleh Agatha Chelsea yang hanya memiliki kehidupan di malam hari, dan dihiasi dengan percintaan segitiga antara Vino  dan Bagas yang diperankan Billy Davidson yang ingin merebut hati Gadis.
Sementara itu, penulis skrenario, Haqi Ahmad menyatakan bahwa dirinya baru pertama kali menulis sebuah skenario yang yang bertema cinta tapi tanpa kontak fisik. Mungkin ini juga berpengaruh karena lokasinya di pedesaan Ciwedey."Film ini penuh tantangan nulisnya, karena banyak aspek, ada penyakit, ada cinta, dan ada filososfi," tuturnya.