Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Falsafah Lagu "Naik Becak" dari Ibu Sud, Hanya untuk Tamasya

17 Januari 2018   19:54 Diperbarui: 17 Januari 2018   20:15 5187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mau tamasya

Berkeliling keliling kota

Hendak melihat-lihat keramaian yang ada

Saya panggilkan becak

Kereta tak berkuda

Becak, becak, coba bawa saya

Saya duduk sendiri sambil mengangkat kaki

Melihat dengan asyik

Ke kanan dan ke kiri

Lihat becakku lari

Bagaikan tak berhenti

Becak, becak, jalan hati-hati

Penulis Naik Becak di Hanoi, Vietnam (dok asita)
Penulis Naik Becak di Hanoi, Vietnam (dok asita)
Itulah lirik lagu berjudul "Naik Becak" ciptaan Ibu Sud yang suka dinyanyikan anak-anak di tahun 1970 an. Ketika saya membayangkan naik becak di Jakarta sekarang ini gak bisa merasakan nikmatnya duduk sambil melihat pemandangan yang indah.

Dari lagu Ibu Sud itu sudah mengandung falsafah kalau becak itu untuk tamasya. Sehingga saya pribadi lebih setuju becak beroperasi di daerah wisata yang masih lapang dan khusus untuk wisatawan yang memanfaatkannya. Rasanya Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan daerah wisata Ancol masih bisa dioperasikan becak.

Saya bayangkan penumpang becak bisa dengan tenang memandangi semua pemandangan di depan mata di bawah atap becak yang kondusif dan bantalan duduk yang nyaman. Badan becak dicat warna warni oleh seniman dan ada gambar yang unik menggambarkan dunia wisata Jakarta. Tukang becak bisa berdandan ala Si Pitung sehingga bisa untuk diajak foto-foto oleh turis.

Saya sewaktu ke Kota Paris, Perancis juga melihat becak di areal wisata gereja Notre Dame yang ramai dikunjungi turis asing. Becak di Paris bentuknya unik. Tukang becaknya di depan dan di belakang penumpangnya bisa untuk dua orang dengan atap payung dan berwarna merah atau kuning.

Di Melaka, Malaysia becak juga untuk turis. Di Melaka badan becak dihias dengan bunga warna-warni bentuk unik. Becak-becak juga banyak yang mangkal di seputaran kota tua Melaka.

Juga seperti yang saya lihat di Kota Hanoi, Vietnam becak dioperasikan untuk turis dan areal perjalanannya juga di sekitar Old Quarter daerah wisata kota tua di Hanoi. Becak di Hanoi juga diperuntukkan hanya untuk satu orang. Sehingga bagi yang berpasangan tidak bisa satu becak kalau ingin duduk berdua, kecuali mau dipangku.

Iring-iringan becak turis di Vietnam (dok asita)
Iring-iringan becak turis di Vietnam (dok asita)
Karena kalau diterapkan becak akan diperbolehkan beroperasi di pemukiman atau perkampungan di Kota Jakarta akan bersenggolan dengan ojek, gerobak bakso, gerobak siomay, angkutan kota, mobil yang ada di gang-gang sempit seputar Jakarta. Menambah runyam keruwetan kampung Jakarta yang sebagaian besar satu jalur untuk mobil.

Kalau jadi Gubernur Jakarta, Anies Bawesdan memperbolehkan becak beroperasi di Jakarta juga akan mendatangkan urbanisasi. Pemuda-pemuda di kampung yang selama ini bertani akan mencoba datang ke Jakarta untuk menjadi tukang becak.

Ingat juga kebanyakan tukang becak di areal Jabotabek itu bukan sekaligus pemilik armada becaknya. Tetapi masih ada tukang becak yang sistem setoran ke pemilik becaknya. karena ada beberapa tukang becak yang tidak punya uang untuk membeli becaknya sendiri yang harganya sekitar Rp 500.000 sekarang ini. Jadi becak kalau dilegalkan lagi akan menambah jurang kemiskinan.

Padahal sudah 37 tahun becak dilarang masuk Jakarta sejak era pemerintahan Ali Sadikin, becak memang dilarang beroperasi di Jakarta. Pada 16 Mei 1970, gubernur mengeluarkan instruksi yang melarang produksi dan pemasukan becak ke Jakarta. Penertiban berangsur dilakukan hingga tahun 1980-an.

Sangat tidak masuk akal kalau becak diperbolehkan lagi beroperasi di perkampungan Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun