Setiap kios yang berjualan diatur di setiap lapak jenis barang yang dijual tidak berjejal tapi teratur rapi. Lorong antar pedagang cukup lebar untuk orang lewat berlawanan arah. Bagian atap langit cukup tinggi sehingga sirkulasi udara cukup terjaga dan tidak membuat kepanasan pengujung pasar. Lantai pasar yang berbahan keramik tampak selalu kering dan bersih. Tidak ada sampah yang berserakan. Saya sangat kerasan berjalan-jalan ke pasar ini.
Yang membuat lebih kagum saya, pengunjung disediakan fasilitas kereta dorong belanja atau troli layaknya yang ada di supermarket. Ada beberapa troli berjajar rapi di dekat pintu masuk dan saya melihat beberapa ibu-ibu dengan anaknya yang masih kecil hilir mudik di tengah pasar sambil mendorong troli. Tro;i hanya boleh digunakan sampai ke tempat parkir mobil saja. Pengujung saya lihat juga dengan ringan tangan mengembalikan troli ke tempatnya kembali setelah selesai berbelanja.
Karena begitu istimewa, peresmian pasar tradisional di Pasar Oro-oro Dowo Kota Malang, Jumat 1 April 2016 dilakukan langsung oleh Menteri Perdagangan RI waktu itu T Lembong sendiri. Dan T Lembong dalam pidatonya juga sangat memberikan apresiasinya dan memuji kebersihan serta kenyamanan yang ada di pasar tersebut.
Menteri Thomas, akan menjadikan pasar ini sebagai salah satu pilot project pasar nasional. Proses revitalisasi Pasar Oro-oro Dowo sumber anggarannya berasal dari Kementerian Perdagangan RI. Menurut Menteri Thomas, Pasar Oro-oro Dowo adalah salah satu pasar rakyat yang memenuhi standar nasional dengan berbagai fasilitas seperti toilet, tempat ibu menyusui, keamanan, kenyamanan dan sirkulasi udaranya.
Menurut pengamatan penulis bukan hanya pengunjung pasar yang diperhatikan terutama ibu-ibu rumah tangga. Tapi bagi bapak-bapak yang mengantar istrinya ke pasar tapi tidak ingin masuk ke dalam pasar juga ada kursi besi panjang untuk duduk-duduk tempat menunggu di dekat pintu masuk utama.
Di atas pintu gerbang bagian atas ada tulisan nama pasar ”Pasar Oro-Oro Dowo” dan pasar dengan konsep 'Pasar Rakyat, Bersih, Segar dan Terpercaya'.
Menurut wikpedia, pasar ini termasuk kategori yang pertama kali dibangun di Malang oleh kolonial Belanda bersamaan dengan Pasar Bunulrejo dan Pasar Kebalen pada 1932. Sedangkan Pasar Pecinan atau Pasar Besar itu sudah ada sejak dulu ada, kolonial Belanda cuma merenovasi.
Harga makanan disini cukup murah. Saya membeli makanan kesukaan saya nasi jagung cukup Rp 7.000 sudah lengkap dengan sayur lodeh, tempe dan ikan asin. Tempe satu plastik kecil hanya Rp 2.000 bandingkan denga harga tempe di Jakarta dengan ukuran yang sama dua kali lipatnya harga di Malang yaitu Rp 4.000. Kue lumpur langsung masak di tempat dengan harga Rp 4.000 berbagai rasa varian mulai kismis keju dan original sangat enak.
Setelah puas mengeksplore Pasar Oro-Oro Dowo kebetulan pas hari Minggu pagi waktunya berolahraga, saya langsung melakukan jogging di sebelah pasar yang kebetulan juga ada taman hutan kota Malabar Malang. Saya menikmati Hari Minggu yang indah di Malang.
sumber berita: https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_Rakyat_Oro-Oro_Dowo dan hasil liputan pribadi penulis langsung di lapangan
Sumber peresmian: http://suryamalang.tribunnews.com/2016/04/01/menurut-menteri-perdagangan-pasar-oro-oro-dowo-akan-percepat-ekonomi-kota-malang