Â
 [caption caption="Pembicara seminar makna berkebaya dan panitia"][/caption]
Menyambut Hari Ibu, Komunitas Perempuan Berkebaya menyelenggarakan seminar gerakan berkebaya sehari-hari dalam beraktifitas bagi wanita Indonesia di Balai Sarwono Jakarta hari Minggu kemarin.  Sebagai pembicara , aktor dan budayawan  Slamet Raharjo mengatakan,  baju kebaya adalah suatu  pikiran  imajinasi bagi wanita Indonesia  karena kebaya bisa dimodifikasi menjadi model kutu baru, modern, klasik , model kartini , kebaya muslim, kebaya pengantin   dan lain-lain.Â
Berbeda dengan kain sari di negara India yang memiliki busana nasional juga. Di India kain sari bisa berbagai corak  warna kain yang beraneka ragam tapi tidak bisa dimodifikasi dengan berbagai macam model. Hanya bisa berupa kain panjang yang dililit di badan dan disampirkan di pundak.
[caption caption="Penulis dengan Mbak Nungkis seorang artis budayawan dan dosen yang ramah"]
Sedangkan di Indonesia baju kebaya bisa menjadi berbagai macam model mulai panjang selantai, panjang selutut sampai setengah badan tergantung imajinasi si pemakai. Bagi Slamet Raharjo, pemakai kebaya adalah perempuan Indonesia yang memiiki kepribadian setengah terbuka yaitu tidak terlalu menonjolkan aurat badan tapi juga sopan membuka diri kelihatan lehernya. Ini menunjukkan kepribadian wanita Indonesia dalam berbusana  yang sopan dan anggun tanpa menonjolkan lekuk badan. Itulah makna kebaya.
Â
Bagi Emmy Hafild, aktivis lingkungan yang sehari-harinya sudah memakai kebaya mengatakan, dirinya suatu saat terinspirasi dari wanita India yang ikut dalam suatu acara seminar internasional yang selalu memakai kain sari. Sejak itu, Emmy dalam acara apa pun selalu memakai kain dari berbagai daerah di nusantara dan kebaya nasional. Tas dan asesoris yang dipakai Emmy juga dari kerajinan tangan pengrajin nusantara.
[caption caption="Penulis bersama Slamet Rahardjo, aktor dan budayawan"]
Nungki Kusumastuti artis dan budayawan juga mengakui belum memakai kebaya setiap hari tapi diusahakan pada acara tertentu selalu berkebaya. Menceritakan pengalamannya dalam shoting film November 1828, Nungki hampir dalam waktu dua bulan setiap hari memakai kebaya dengan lokasi shooting film  di medan yang berat. Tapi karena itu suatu pekerjaan, dengan ikhlas Nungki menjalani  memakai baju kebaya .
Saya sendiri sebagai penulis karena sering pergi ke berbagai pelosok nusantara memiliki koleksi beberapa kain daerah. Karena itu bergabung dengan Komunitas Perempuan Berkebaya agar kain-kain koleksi daerah bisa saya pakai untuk acara sehari-hari. Terus terang saya belum bisa sehari-hari selalu memakai kebaya karena aktivitas saya sebagai traveler, tapi saya usahakan pada acara tertentu memakai kain dan kebaya.