Mohon tunggu...
Asita Darusalam
Asita Darusalam Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa Kolese Kanisius

Seseorang pribadi yang berusaha mengembangkan keterampilan dan kemampuannya menjadi lebih baik lagi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa dan Bagaimana Negara Eropa Menjajah Dunia

9 September 2024   12:00 Diperbarui: 9 September 2024   12:54 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Philip Hoffman, seorang sejarawan terkemuka, menjelaskan bahwa sejarah peperangan di Eropa menjadi salah satu alasan utama terjadinya ekspansi penjajahan oleh bangsa Eropa ke berbagai wilayah di dunia, termasuk Indonesia. 

Philip menjelaskan bahwa Benua Eropa dilatarbelakangi dengan musimnya yang ada empat dan keadaan geografisnya yang kurang baik untuk kegiatan bercocok tanam. 

Hal ini membuat sumber daya alam yang tersedia secara langsung relatif sedikit sehingga membuat kompetisi antar suku dan kerajaan di Eropa terhadap sumber daya yang tersedia lebih tinggi. Kemampuan untuk mendapatkan sumber daya ini menjadi pemicu konflik dan kompetisi dalam masyarakat Eropa.

Kompetisi ini menjadi salah satu sumber utama mengapa sering terjadinya peperangan di Eropa dan banyaknya pertumpahan darah antar suku dan kerajaan terhadap menjaga atau mengambil sumber daya kelompok lain. Kompetisi ini telah menjadi bagian yang mengakar dalam politik antar kerajaan di Eropa selama beribu tahun dan telah membuat bertumbuhnya sebuah nilai dan pandangan kultural dalam masyarakat Eropa yang membuat mereka menjadi lebih tega untuk bersikap keras dan dan lebih berani mendominasi peradaban lain. Sehingga kerajaan-kerajaan Barat sangat mengutamakan pembangunan militer untuk kampanye militernya dan pertahanan untuk mempertahankan hasil ekspansinya. Era kolonialisme menjadi bukti terkuatnya akan hal ini. 

Sehingga ketika bangsa Eropa mulai menemukan kemampuan untuk berlayar jauh dan mulai berinteraksi dengan bangsa-bangsa dan budaya di benua lain, kemudian berdagang dengan mereka. Sifat kebudayaan Eropa ini untuk bersikap kompetitif terhadap kelompok lainnya di benua asal mereka kembali muncul. Demi meningkatkan kemampuan dan sumber daya yang tersedia untuk perkembangan bangsa asal mereka di benua Eropa yang relatif "miskin" sumber daya, maka benua Eropa mulai mengambil sumber daya alam dari bangsa lain, khususnya di benua Afrika dan Asia, kemudian Amerika yang memiliki keadaan geografis dan iklim yang membuat daerah-daerah tersebut cocok untuk budidaya agraris dan kaya akan sumber daya alam.

Bangsa-bangsa lain pun juga menjadi kurang siap menghadapi bangsa Eropa karena latar belakang bangsa-bangsa lain yang tidak terbiasa dengan "budaya perang" bangsa Eropa. Mayoritas dunia pada jaman itu selain di Eropa relatif damai, dimana peperangan dan pertempuran besar hanya terjadi karena permasalahan politik, ambisi sang pemimpin, atau masalah eksternal antara bangsa. Tidak sering konflik didasari pada kebutuhan mendasar untuk meningkatkan sumber daya yang dimiliki sebuah kerajaan, karena relatif sumber daya yang dibutuhkan bisa dipenuhi secara lebih mudah dengan mencari mandiri dari kekayaannya alam sekitar daripada berperang dan mengambil dari bangsa lain.

Namun, ketika bangsa Eropa datang, kebutuhan dan keinginan mendasar mereka untuk selalu meningkatkan jumlah sumber daya yang dikuasai, dan juga latar belakang sejarah peperangan mereka di benua Eropa membuat mereka menjadi lebih terlatih dan terbiasa dalam mendominasi bangsa lain. Walau bangsa lain juga memiliki kemampuan militer yang dapat dikatakan cukup tangguh, dengan pengalaman bangsa Eropa melakukan peperangan dan invasi di benuanya, mereka pun menjadi terlatih menjajah bangsa lain di benua lain. Kemudian setelah dijajah dan dikuasai, mereka pun mulai mengambil sumber daya alam dari negara jajahan tersebut dengan bantuan sumber daya manusia dari bangsa itu, untuk dikirimkan kembali ke benua Eropa dan menjadi salah satu alasan utama juga mengapa benua Eropa mengalami perkembangan pesat dibanding benua lain.

Kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh bangsa Eropa membuat bangsa Eropa menjadi lebih cepat berkembang dan bertumbuh daripada bangsa lainnya di dunia karena tindakan mereka yang mengambil sumber daya dari negara-negara jajahannya dan dibawakan ke negara asalnya. Hal ini membuat negara barat dijadikan "kiblat" sebagai negara modern yang dihormati oleh hampir semua negara lain di dunia hingga beberapa dekade terakhir dimana benua-benua lain mulai mengejar ketinggalan mereka dengan benua Eropa.

Digabung dengan kepemimpinan represif yang biasanya melatarbelakangi pemerintahan negara jajahan atau koloni mereka di benua lain, khususnya negara Timur, hal ini membuat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, teknologi, bahkan edukasi lebih terlambat dibandingkan negara-negara Eropa. Hal ini ditambahkan dengan efeknya yang sistematis mempengaruhi berbagai generasi dengan lamanya tindakan kolonialisme dan imperialisme dari bangsa Eropa membuat negara-negara lain jauh lebih kurang berkembang secara ekonomi, teknologi, infrastruktur, dan politik dibandingkan negara-negara di benua Eropa. 

Namun, selain efek stagnasi perkembangan yang terjadi karena penjajahan, terjadi pula tindakan klasifikasi yang dibuat oleh bangsa Eropa dimana mereka mengatakan diri mereka lebih maju dan berkembang dibandingkan negara lain, khususnya di Timur. Ini pun kemudian menjadi sebuah budaya yang dipercayai oleh masyarakat di benua Eropa sehingga pola pikir superioritas Eropa tersebut terus berkembang dan mengakar dalam pandangan global. Konsep bahwa negara-negara Barat, khususnya Eropa, dianggap sebagai standar modernitas dan kemajuan menjadi dominan, dan ini didukung oleh narasi sejarah yang berpusat pada Eropa, yang menyoroti pencapaian mereka di bidang sains, teknologi, seni, dan politik.

Heritage Auction
Heritage Auction

Selain itu, setelah berakhirnya era kolonialisme, negara-negara Barat terus mempertahankan pengaruh mereka melalui globalisasi, yang seringkali mengekspor nilai-nilai dan budaya Barat ke seluruh dunia melalui film, buku, dan karya seni lainnya yang diterima berbagai bangsa di dunia. Karya seni ini seringkali melukiskan keberadaan budaya Barat yang maju dan lebih "beradab" dibanding budaya Timur yang seringkali digambarkan lebih kurang berkembang dan "tidak beradab". Negara-negara non-Barat pun sering mengadopsi model pembangunan dan modernisasi yang bercorak Barat dengan harapan mencapai tingkat kemajuan yang sama. 

Namun, penting untuk diingat bahwa modernisasi tidak hanya merupakan tindakan monopoli bangsa Barat, dan ada banyak peradaban dan budaya lain yang memiliki bentuk-bentuk kemajuan dan inovasi mereka sendiri, meskipun seringkali diabaikan atau tidak diakui dalam narasi sejarah yang dominan karena sejarah seringkali dituliskan oleh para penguasa yang menguasai paling banyak. Ini adalah salah satu alasan mengapa penting untuk memiliki perspektif yang lebih inklusif dan multikultural dalam memahami perkembangan global.

Walau tindakan kolonialisme dan imperialisme sangat merugikan bagi negara non-Barat. Beberapa dekade terakhir, negara-negara non-Barat telah diberikan kesempatan yang luar biasa untuk bangkit dan bersaing melawan negara Barat. Hal ini tampak dari perkembangan negara Timur seperti Tiongkok dan Singapura yang sekarang bahkan sudah melampaui banyak negara Barat dalam hal pendidikan, ekonomi, teknologi, bahkan seni. Tiongkok, dengan kebijakan reformasi dan keterbukaannya sejak akhir 1970-an, telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, sementara Singapura telah memanfaatkan posisinya sebagai pusat perdagangan global untuk membangun ekonomi yang maju dengan standar hidup yang tinggi.

Negara-negara non-Barat ini telah diberikan kesempatan untuk bangkit dan bersaing melalui terlepasnya mayoritas negara non-Barat yang dulunya dijajah oleh bangsa Eropa dari belenggu kolonialisme. Sehingga negara-negara ini sekarang akhirnya bisa menggunakan sumber daya alam yang ada di negara mereka untuk pertumbuhan dan perkembangan bangsa mereka, dan bukannya hanya diambil dan diberikan ke bangsa Eropa untuk perkembangan disana.bahkan mereka dapat membangun kekuatan ekonomi, teknologi, dan infrastruktur yang setara atau lebih maju dibandingkan beberapa negara Barat. Selain itu, kebijakan-kebijakan peninggalan yang diterapkan oleh negara-negara non-Barat ini juga menjadi faktor kunci dalam keberhasilan beberapa negara. Peninggalan teknologi, pendidikan, dan praktik kepemimpinan negara Barat di negara-negara Timur juga telah membantu meningkatkan pertumbuhan negara non-Barat sehingga mampu bangkit, bersaing, dan bahkan melampaui negara-negara Barat sekarang.

Di sisi lain, globalisasi juga memainkan peran penting dalam membuka akses pasar global bagi negara-negara non-Barat. Dengan akses ke pasar yang lebih luas, negara-negara ini bisa meningkatkan ekspor, menarik investasi asing, dan memperkuat ekonomi domestik mereka. Misalnya, Tiongkok berhasil menjadi "pabrik dunia" dengan memanfaatkan pasar global untuk produk-produk manufaktur mereka, sementara India memanfaatkan keunggulannya dalam teknologi informasi untuk menjadi pusat layanan teknologi global.

Tentu saja tidak semua negara non-Barat mampu berkembang seperti ini, banyak negara non-Barat juga mengalami kemunduran dengan berakhirnya era kolonialisme. Hal ini seringkali terhubung dengan pembagian kekuasaan setelah keluarnya bangsa Eropa yang kurang baik dan efektif, yang seringkali bertujuan melemahkan negara yang baru didirikan dan mempertahankan penguasaan bangsa Eropa terhadap aset-aset sumber daya berharga di negara itu. Ini membuat seringkalinya terjadi perlawanan dari masyarakat mantan negara jajahan tersebut yang tidak menyukai pembagian wilayah yang diberikan bangsa Eropa dengan yang mendukungnya. Keadaan pro dan kontra ini seringkali juga menjadi sumber konflik dalam masyarakat yang berakhir pada perang saudara yang bisa bertahan selama bertahun-tahun dan dampak yang bisa terus terasa selama berdekade kemudian. Ini yang mengakibatkan kemunduran dan stagnasi perkembangan di banyak negara non-Barat setelah keluarnya bangsa Eropa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun