Philip Hoffman, seorang sejarawan terkemuka, menjelaskan bahwa sejarah peperangan di Eropa menjadi salah satu alasan utama terjadinya ekspansi penjajahan oleh bangsa Eropa ke berbagai wilayah di dunia, termasuk Indonesia.Â
Philip menjelaskan bahwa Benua Eropa dilatarbelakangi dengan musimnya yang ada empat dan keadaan geografisnya yang kurang baik untuk kegiatan bercocok tanam.Â
Hal ini membuat sumber daya alam yang tersedia secara langsung relatif sedikit sehingga membuat kompetisi antar suku dan kerajaan di Eropa terhadap sumber daya yang tersedia lebih tinggi. Kemampuan untuk mendapatkan sumber daya ini menjadi pemicu konflik dan kompetisi dalam masyarakat Eropa.
Kompetisi ini menjadi salah satu sumber utama mengapa sering terjadinya peperangan di Eropa dan banyaknya pertumpahan darah antar suku dan kerajaan terhadap menjaga atau mengambil sumber daya kelompok lain. Kompetisi ini telah menjadi bagian yang mengakar dalam politik antar kerajaan di Eropa selama beribu tahun dan telah membuat bertumbuhnya sebuah nilai dan pandangan kultural dalam masyarakat Eropa yang membuat mereka menjadi lebih tega untuk bersikap keras dan dan lebih berani mendominasi peradaban lain. Sehingga kerajaan-kerajaan Barat sangat mengutamakan pembangunan militer untuk kampanye militernya dan pertahanan untuk mempertahankan hasil ekspansinya. Era kolonialisme menjadi bukti terkuatnya akan hal ini.Â
Sehingga ketika bangsa Eropa mulai menemukan kemampuan untuk berlayar jauh dan mulai berinteraksi dengan bangsa-bangsa dan budaya di benua lain, kemudian berdagang dengan mereka. Sifat kebudayaan Eropa ini untuk bersikap kompetitif terhadap kelompok lainnya di benua asal mereka kembali muncul. Demi meningkatkan kemampuan dan sumber daya yang tersedia untuk perkembangan bangsa asal mereka di benua Eropa yang relatif "miskin" sumber daya, maka benua Eropa mulai mengambil sumber daya alam dari bangsa lain, khususnya di benua Afrika dan Asia, kemudian Amerika yang memiliki keadaan geografis dan iklim yang membuat daerah-daerah tersebut cocok untuk budidaya agraris dan kaya akan sumber daya alam.
Bangsa-bangsa lain pun juga menjadi kurang siap menghadapi bangsa Eropa karena latar belakang bangsa-bangsa lain yang tidak terbiasa dengan "budaya perang" bangsa Eropa. Mayoritas dunia pada jaman itu selain di Eropa relatif damai, dimana peperangan dan pertempuran besar hanya terjadi karena permasalahan politik, ambisi sang pemimpin, atau masalah eksternal antara bangsa. Tidak sering konflik didasari pada kebutuhan mendasar untuk meningkatkan sumber daya yang dimiliki sebuah kerajaan, karena relatif sumber daya yang dibutuhkan bisa dipenuhi secara lebih mudah dengan mencari mandiri dari kekayaannya alam sekitar daripada berperang dan mengambil dari bangsa lain.
Namun, ketika bangsa Eropa datang, kebutuhan dan keinginan mendasar mereka untuk selalu meningkatkan jumlah sumber daya yang dikuasai, dan juga latar belakang sejarah peperangan mereka di benua Eropa membuat mereka menjadi lebih terlatih dan terbiasa dalam mendominasi bangsa lain. Walau bangsa lain juga memiliki kemampuan militer yang dapat dikatakan cukup tangguh, dengan pengalaman bangsa Eropa melakukan peperangan dan invasi di benuanya, mereka pun menjadi terlatih menjajah bangsa lain di benua lain. Kemudian setelah dijajah dan dikuasai, mereka pun mulai mengambil sumber daya alam dari negara jajahan tersebut dengan bantuan sumber daya manusia dari bangsa itu, untuk dikirimkan kembali ke benua Eropa dan menjadi salah satu alasan utama juga mengapa benua Eropa mengalami perkembangan pesat dibanding benua lain.
Kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh bangsa Eropa membuat bangsa Eropa menjadi lebih cepat berkembang dan bertumbuh daripada bangsa lainnya di dunia karena tindakan mereka yang mengambil sumber daya dari negara-negara jajahannya dan dibawakan ke negara asalnya. Hal ini membuat negara barat dijadikan "kiblat" sebagai negara modern yang dihormati oleh hampir semua negara lain di dunia hingga beberapa dekade terakhir dimana benua-benua lain mulai mengejar ketinggalan mereka dengan benua Eropa.
Digabung dengan kepemimpinan represif yang biasanya melatarbelakangi pemerintahan negara jajahan atau koloni mereka di benua lain, khususnya negara Timur, hal ini membuat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, teknologi, bahkan edukasi lebih terlambat dibandingkan negara-negara Eropa. Hal ini ditambahkan dengan efeknya yang sistematis mempengaruhi berbagai generasi dengan lamanya tindakan kolonialisme dan imperialisme dari bangsa Eropa membuat negara-negara lain jauh lebih kurang berkembang secara ekonomi, teknologi, infrastruktur, dan politik dibandingkan negara-negara di benua Eropa.Â
Namun, selain efek stagnasi perkembangan yang terjadi karena penjajahan, terjadi pula tindakan klasifikasi yang dibuat oleh bangsa Eropa dimana mereka mengatakan diri mereka lebih maju dan berkembang dibandingkan negara lain, khususnya di Timur. Ini pun kemudian menjadi sebuah budaya yang dipercayai oleh masyarakat di benua Eropa sehingga pola pikir superioritas Eropa tersebut terus berkembang dan mengakar dalam pandangan global. Konsep bahwa negara-negara Barat, khususnya Eropa, dianggap sebagai standar modernitas dan kemajuan menjadi dominan, dan ini didukung oleh narasi sejarah yang berpusat pada Eropa, yang menyoroti pencapaian mereka di bidang sains, teknologi, seni, dan politik.