Mohon tunggu...
Asiska DanimIndranata
Asiska DanimIndranata Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Sharing Make Caring

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kesehatan Mental Tenaga Kesehatan yang Terabaikan

11 Oktober 2020   14:37 Diperbarui: 11 Oktober 2020   14:42 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kita ketahui bersama peningkatan pasien terkonfirmasi COVID meningkat hingga hari ini. Data terakhir yang penulis kutip pada tanggal 8 Oktober 2020 pasien terkonfirmasi yang terdampak covid ada 321.000 kasus. 

Di antara kasus tersebut terdapat 127 dokter umum, 9 dokter gigi dan 92 perawat meninggal dunia, data ini didapatkan di kompas.com  tanggal 29 September 2020. Sejak kasus pertama ditemukan di Indonesia, berarti sudah terhitung enam bulan tenaga medis berjuang untuk menangani kasus ini.

Petugas kesehatan tidak hanya berjuang melawan kasus Covid-19 namun juga melawan berbagai stigma dan kondisi kesehatan mental mereka sendiri. Bahkan dalam keseharian penulis mengamati adanya ketakutan, kekhawatiran yang hadir saat menjalankan tugas. 

Beberapa sikap yang muncul adalah menjadi mudah gelisah, mudah terpancing emosi negatif, dan juga muncul keluhan fisik. 

Tenaga kesehatan juga harus menghadapi kehidupan sehari-hari seperti mengurus rumah tangga, anak yang belajar di rumah, dan berbagai permasalahan kehidupan lainnya. Berbagai kondisi ini memang tentu membutuhkan waktu dan upaya yang luar biasa.

Bahkan akhir-akhir ini ada salah satu tenaga medis yang mengeluhkan rasa khawatirnya menjelang pengumuman hasil swab. Kekhawatiran bukan hanya ketika mereka  menjadi pasien terkonfirmasi namun juga khawatir dampak yang tidak ditimbulkan untuk lingkungan sekitar. 

Kekhawatiran tersebut meliputi khawatir jika nantinya mereka disalahkan, dikucilkan, layanan kesehatan tempat bekerja ditutup, teman-teman terdekat berubah status menjadi kontak erat dan ketakutan lainnya yang timbul akibat stigma negatif.

Kajian tentang kesehatan mental di setting tempat kerja sudah banyak dilakukan penelitian. Sebuah studi yang dipimpin WHO baru-baru ini memperkirakan bahwa depresi dan gangguan kecemasan merugikan ekonomi global sebesar 1 triliun US $ setiap tahun akibat hilangnya produktivitas. 

Data ini juga menjelaskan bahwa lingkungan kerja yang negatif dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental, penggunaan zat atau alkohol yang berbahaya, ketidakhadiran dalam pekerjaan dan hilangnya produktivitas.

Ada banyak faktor risiko kesehatan mental yang mungkin ada di lingkungan kerja. Sebagian besar risiko berkaitan dengan interaksi antara jenis pekerjaan, lingkungan organisasi dan manajerial, keterampilan dan kompetensi karyawan, serta dukungan yang tersedia bagi karyawan untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Kesehatan mental juga mungkin diperburuk akibat stress, kelelahan dan kebosanan (burn out).

Tempat kerja yang mempromosikan kesehatan mental dan mendukung orang dengan gangguan mental untuk meningkatkan produktivitas ternyata mendapatkan keuntungan secara finansial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun