Mohon tunggu...
Sasakala Asisi Suharianto
Sasakala Asisi Suharianto Mohon Tunggu... Penulis - Traveller

Pelintas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan Tersembunyi di Dalam Kisah Natal

25 Desember 2019   00:53 Diperbarui: 25 Desember 2019   01:44 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu masuk ke ruangan bawah tanah, gua tempat bayi Yesus dilahirkan. Di sini adalah titik saat Firman menjadi daging (foto: doc pribadi)

Mereka sangat menjaga kualitas domba-dombanya, yang dirawat sebaik mungkin sejak kelahiran hewan-hewan itu, dibungkus dengan kain lampin agar tidak banyak bergerak yang menyebabkan keseleo dan cacat. Domba-domba kurban tersebut digunakan orang Yahudi untuk menebus dosa.

Sebuah mozaik berlukiskan perjalanan Yesus di Yeriko. Tampak dalam lukisan ini Zakeus yang menaiki sebuah pohon ara. (foto: doc pribadi)
Sebuah mozaik berlukiskan perjalanan Yesus di Yeriko. Tampak dalam lukisan ini Zakeus yang menaiki sebuah pohon ara. (foto: doc pribadi)
Kembali ke kisah Natal. Yusuf suami Maria kala itu tidak kehabisan penginapan. Mereka jelas menyewa "kataluma" secara layak sebagaimana musafir yang lain. Kemungkinan Yususf juga sering melakukan kegiatan itu di tahun-tahun sebelumnya saat Paskah. 

Tahun ini terjadi sensus penduduk Yudea  sehingga para pendatang di kota Bethlehem membludak. Sialnya, dalam kondisi demikian Maria malah melahirkan.

Kitab Lukas menceritakan "kataluma" yang mereka tempati demikian sesak dan ramai sehingga mustahil Maria melahirkan di tempat itu. Kiranya pemilik rumah menyarankan agar persalinan dipindah di bangunan bawah, yang biasanya digunakan untuk kelahiran bayi-bayi domba. 

Maka demikianlah, Maria pun melahirkan bayi Yesus di kandang domba, dan persis seperti memperlakukan anak-anak domba kurban lainnya, dia membungkus sang bayi dengan kain lampin dan meletakkannya di palungan.

Sebuah pesan tersembunyi kita dapati di kisah ini: Yesus sang Domba Agung Allah lahir di kota yang berkomoditas domba kurban, di tempat domba-domba melahirkan anak domba yang digunakan untuk penebusan dosa, dan diperlakukan sama persis seperti bayi-bayi domba kurban lainnya.

Untaian lampu gantung yang indah khas Timur Tengah. Kita bisa membayangkan betapa indah Gereja Nativity jika semua lampu menyala. (foto: doc pribadi)
Untaian lampu gantung yang indah khas Timur Tengah. Kita bisa membayangkan betapa indah Gereja Nativity jika semua lampu menyala. (foto: doc pribadi)
Ruang utama gereja yang layaknya galeri benda seni. Peziarah dan pelancong dari berbagai belahan dunia datang hanya untuk melihat tempat ini. (foto: doc pribadi)
Ruang utama gereja yang layaknya galeri benda seni. Peziarah dan pelancong dari berbagai belahan dunia datang hanya untuk melihat tempat ini. (foto: doc pribadi)
Jadi pesan-pesan tersembunyi tentang Anak Domba Agung yang dikorbankan untuk penebusan dosa sudah dibentangkan bahkan sejak peristiwa Natal. Inilah yang menjadi perbedaan mencolok antara kisah populer tentang Natal dengan peristiwa dalam konteks sosio-histori.

Berikut perbedaannya:

  1. Dalam kisah populer: Yesus lahir di kandang domba sunyi. Pesan moralnya adalah kesederhanaan.
  2. Dalam kisah sosio-histori: Yesus lahir di sebuah rumah normal, di kota penghasil domba kurban terbaik di dunia. Pesan moralnya adalah tentang persiapan rencana Allah untuk Korban Agung penebusan dosa.

Sekarang Anda melihat betapa berbedanya kisah sejati Natal dengan kisah-kisah ajaib sebagaimana di awal artikel ini. Semua kisah yang tersaji di Injil kanonik bukanlah sembarang kisah sebagaimana Injil-Injil palsu tersebut, namun mengandung pesan-pesan tersembunyi dan selalu mengarah pada satu titik yang sama: penyaliban.

Pintu masuk ke ruangan bawah tanah, gua tempat bayi Yesus dilahirkan. Di sini adalah titik saat Firman menjadi daging (foto: doc pribadi)
Pintu masuk ke ruangan bawah tanah, gua tempat bayi Yesus dilahirkan. Di sini adalah titik saat Firman menjadi daging (foto: doc pribadi)
Salib khas Byzantium. Bintang-bintang di sekitarnya memiliki model yang sama dengan bintang di titik Yesus dilahirkan. Terdapat larangan memotret (foto: doc pribadi)
Salib khas Byzantium. Bintang-bintang di sekitarnya memiliki model yang sama dengan bintang di titik Yesus dilahirkan. Terdapat larangan memotret (foto: doc pribadi)
Umat Kristen mula-mula sama sekali tidak merayakan Natal. Perayaan utama mereka adalah Paskah saat Yesus disalib, mati dan dikuburkan, hingga akhirnya bangkit pada hari ketiga. Perayaan Natal baru muncul di abad-abad selanjutnya.

Kami sempat mengunjungi Gereja Kelahiran (Nativity) di kota Bethlehem. Gereja yang termasuk dalam kelompok gereja tertua ini secara tradisional dipercaya sebagai tempat Yesus dilahirkan. Anda harus mengantri panjang jika ingin memasuki ruangan paling penting tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun