"Dimana saya bisa mendapat Kitab Suci Tripitaka?" saya mengejar. Penjaga itu mengatakan kurang tahu. Ada banyak kitab Tripitaka, katanya, dan dia sendiri belum pernah membacanya langsung. Sepertinya saya masih harus gigit jari cukup lama. Pencarian saya selama ini untuk mendapatkan dua kitab suci lagi, Weda dan Tripitaka, masih belum juga membuahkan hasil.
ARCA. Arca Prajna Paramita yang sering disangka sebagai Ken Dedes, bersama stupika dan tablet bergambar dan bertuliskan Budhisme. (Foto: Doc pribadi)
REPLIKA. Replika taman Lumbini, tempat kelahiran sang Budha (kiri), dan replika Bodghaya, tempat sang Budha mencapai pencerahan (kanan). (Foto: Doc pribadi)
TEMPAT PENGAJARAN. Replika Damek Stupa, tempat sang Budha melakukan pengajaran Dhamma untuk pertama kalinya (kiri), dan replika Kushinagar, tempat sang Budha parinibbana (kanan). (Foto: Doc pribadi)
RUPANG. Berbagai bentuk Budha menurut negara masing-masing. Untuk Indonesia diwakili Budha berbentuk batu seperti pada Borobudur. (Foto: Doc pribadi)
SEDERHANA. Sikat gigi yang terbuat dari kayu siwaâ (kiri), menunjukkan pada kita bagaimana sederhananya kehidupan para biksu Budha. Sikat gigi ini tidak memerlukan pasta. Foto kanan, orang-orang yang mempraktekkan kehidupan sederhana para biksu di counter budhist Thailand. (Foto: Doc pribadi)
PEWARNA. Bahan pewarna kain para biksu (kiri) yang untuk mempertahankan kesolidan warnanya dicampur dengan adonan kayu nangka (kanan). (Foto: Doc pribadi)
PARA BIKSU. Penulis berfoto bersama biksu Samanera Yasaseno setelah cukup lama berdiskusi dengannya tentang Budhisme (kiri). Seorang biksu dari Thailand tengah mempraktekkan cara membuat sikat gigi dari kayu, dibawah naungan pohon bodhi. (Foto: Doc pribadi)
Semoga seluruh makhluk senantiasa berbahagia...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!