Mengulik makna pepatah jawa
dadiya banyu emoh nyawuk, dadiya godong emoh nyuwek
oleh: Asis Muslimin
Psikolog klinis, penulis dan pegiat ekonomi syariah
Entah pepatah jawa ini berasal dari siapa, yang jelas sudah given Pepatah jawa ini adalah dadiya banyu emoh nyawuk yang artinya menjadi air tidak mau menciduk kemudian dadiya godong emoh nyuwek yang artinya menjadi daun tidak mau menyobek. Coba anda rasakan kira kira emosi apa yang sedang bekerja di balik kalimat itu?
Pepatah jawa ini biasanya terucap oleh lisan salah satu dari dua manusia yang mulanya bersaudara sangat erat, kemudian tiba-tiba saja ada badai prahara yang menggulung tanpa ampun tali persaudaraan tersebut.
Pepatah ini menggambarkan sebuah kebencian tingkat dewa karena salah satu dari kedua belah pihak merasa tersakiti yang nandes. Oleh karenanya ia memilih memutuskan hubungan persaudaraan. Bahkan jika diibaratkan orang yang menyakiti itu air, maka yang tersakiti tidak akan mau menciduknya, dan jika menjadi daun, ia tidak mau menyobeknya. Yah seekstrim itulah keadaannya.
Terlepas dari itu semua, pepatah ini menegaskan bahwa seerat apapun persaudaraan anda, masih sangat rentan pecah selama tidak merawat variable-variabel pengikatnya. Begitu ia lepas, maka rasa yang dulu pernah ada, tiba-tiba saja lenyap ditelan bumi kemudian menjelma menjadi energi kebencian yang destruktif. Hubungan yang bertahun tahun dibangun dengan susah payah, tiba tiba pada hari yang naas itu semuanya hancur berkeping.
Jika ada rekonsiliasipun dan kata maaf terucap, maka paku yang terlanjur tertancap pada sanubari pasti masih meninggalkan lobang yang menganga, serta mengurangi kadar kebahagiaan dalam hubungan selanjutnya. Dan sialnya, tatu ini bisa mengaktivasi luka lama jika ada trigernya. Ingat mayoritas orang jawa gradasi rasanya begitu tipis.