Mohon tunggu...
Chairunnisa Ilmi
Chairunnisa Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - An Ambivert

Mahasiswa jurusan Antropologi Budaya di ISBI Bandung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebahagiaan dalam Filsafat

2 Desember 2020   16:43 Diperbarui: 2 Desember 2020   17:04 2207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahagia adalah sebuah kesenangan jangka panjang dalam hidup manusia. Berupa emosi yang menghasilkan hormone endorphin hasil dari tercapainya tujuan-tujuan dalam hidup manusia. Manusia menghendaki kebahagiaan agar dirinya mampu bertahan hidup di dunia dengan baik. 

Kebahagiaan dapat membawa manusia menjadikannya lebih baik setiap ia bahagia. Kebahagiaan adalah salah satu tolak ukur baiknya kehidupan seorang manusia. Tiada orang yang hidup tanpa ingin merasa bahagia. 

Kebahagiaan adalah puncak emosi baik dalam diri manusia. Orang yang bahagia berarti telah melewati fase-fase menyulitkan dalam hidupnya. Bahagia adalah emosi seorang manusia apabila ia telah melewati tantangan, ketakutan, kengerian dalam hidupnya. Rasa bahagia membuat seseorang candu karena tidak ada perasaan yang lebih baik daripada bahagia itu sendiri.

Jika menilik pendapat filsuf besar tentang bahagia, mereka mengutarakan pendapat yang berbeda-beda meski penamaannya sama yakni Eudaimonia. 

Maka dari itu kebahagiaan tidak dapat dijelaskan dalam satu konsep saja. Diperkuat lagi dengan titik labil manusia yang belum menyepakati definisi bahagia itu sendiri. Hal ini dikarenakan dinamika kehidupan menusia sangatlah bervariasi, beraneka ragam dan berbeda antara satu kebahagiaan dengan kebahagiaan yang lain. 

Masing-masing orang memiliki gagasan kebahagiaannya tersendiri. Menurut saya pribadi, kebahagiaan lahir apabila kita mengenal diri kita lalu mencita-citakan mimpi/keinginan berdasarkan ciri khas yang kita miliki, ketika keinginan/mimpi tersebut tercapai maka hadirlah kebahagiaan dalam diri kita

Tapi yang saya jelaskan ini adalah kebahagiaan jangka panjang yang mungkin bersifat baka, Contohnya adalah ketika kita  mengenal diri kita sendiri, kita dapat mengetahui fungsi/peran/tujuan kita hidup, maka kita juga mengenal adanya Tuhan. 

Setelah kita mengetahui tujuan diri kita tadi, maka kita tahu apa saja dan bagaimana kita hidup, direalisasikan lewat tujuan-tujuan hidup yang semakin mendekatkan kita pada tujuan hidup kita sesuai dengan titah Tuhan. Itulah salah satu kebahagiaan yang kekal. 

Kebahagiaan yang tidak hanya dirasakan sepanjang hayat namun juga kebahagiaan yang akan dibawa ke akhirat (dunia sesudah mati ketika jiwa terbebas dari raga).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun