(sekedar mengenang)
yang mulia, Habibie sang pencinta
jika saja kau ada hari ini
akankah kau datang di arena pesta para pendambamu
seraya mengucap, "My lovely, Ainun."
seperti penggemarmu menyanyikan You Raise Me Up
seharga lirik Sepasang Mata Bola yang kau kirim
lewat pesan whatsapp sebelum kau pamit?
hari ini, di hadapan monumen cinta sejati, sungguh
ingin aku mengajakmu turun, melandai memindai jejak
lantas berhenti sejenak di halaman rumahmu
akan kutunjukkan sebuah pohon yang di bawahnya
tali ari-arimu ditanam, kemudian memutar visual
saat kau membuat pesawat terbang dari kertas koran
tidakkah cita-cita telah kau ilhamkan sejak itu,
yang mulia, sekaligus menanam decak dan kagum
ketika kecerdasan pikir membawamu terbang
bukan pesawat kertas, namun perangkat bersayap
yang membawamu menembus ruang dan waktu
jagat mencatatnya, Parepare mengenangnya
pernahkah kau ceritakan kepada Ainun, yang mulia?
tentang gogos, telur asin, dan ikan asin pasar tumpah Jakarta,
kota yang memberimu singgasana, namun juga
menghempaskanmu dari hiruk pikuk keramaian dunia
dan kau memilih mencari sepi, sebelum kembali merakit
utas-utas rangka CN-235 dan cerita cinta
akhir kata, yang mulia, di Parepare yang indah ini
aku membayangkan Ainun tersenyum di sampingmu
menyanyikan larik akhir Sepasang Mota Bola
: semoga kelak kita berjumpa pula
di surga
211022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H