*PAGI DAN WARTA-WARTA MUAL*
baru satu suap saja ini makan pagi
mual datang menjelang, menyengal menendang-nendang
nasi uduk, goreng bakwan, gehu Ceu Wina
meronta-ronta minta menghambur
kenapa kau minta ke luar? tanya lambung nan mulai kembung
bukan karena kau, ujar remahan uduk nan campuraduk
tetapi mata terlanjur menangkap layar kaca dan pewarta
lihatlah!
sesosok mayat tanpa busana membusuk di kamar hotel
seujud bayi meregang nyawa di tempat sampah
sepotong tulang patahan mutilasi tercecer di atas piring
menyatu dengan uduk menjelma menjadi cacing-cacing
pademin tivinya, khusyuklah sarapan
pinta istriku, tak perlu kau tonton
jika hanya membuatmu membatin dan merasa prihatin
aih, benar juga kau Beibeh, kenapa pula
harus terjebak dalam rutinitas kebohongan nan makin nyata tampak
kasat lihat, kasat rasa, dan bahkan kasat melanggar sara
maka kututup saja semua akses warta
hari ini tak perlu televisi
tak juga kau, internet dan media sosial
simpan saja air ketubanmu, hingga datang saat mood kembali bersaksi
setidaknya mualku batal menjelma muntah
setidaknya ...
tetapi muntahku tak terbendung
saat berbalik badan, di meja makan
telah terhidang kepala ikan kakap
berwajah para pejabat ...!
20092022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H