Masih terbayang bagaimana Ivan Gunawan dan tiga juri lainnya pada ajang Indonesian's Got Talent memuji-muji penampilan kelompok Paskibra dari SMK Negeri 2 Garut sesaat setelah Paskibra yang menamakan diri Pasheman'90 itu tampil di panggung. Tidak hanya memberikan pujian, Ivan Gunawan juga memberi Pasheman'90 sejumlah uang sebagai hadiah.
Jarang sekali juri sekaliber Ivan Gunawan memberikan pujian, terlebih sampai memberikan hadiah. Dia dikenal sebagai juri yang paling kritis dan jaim, terutama bila penampil (pada ajang kompetisi apa pun) tampil tidak memuaskan. Tetapi kali ini Ivan telanjur jatuh hati terhadap Pasheman'90.
Pujian Ivan dan juri lainnya kepada Pasheman'90 tentu didasari oleh pemikiran yang kuat. Objektivitas juri tentu saja tertuju kepada bagaimana Pasheman'90 sebagai kelompok Paskibra bisa merubah sesuatu yang biasa menjadi tidak biasa. Pasheman'90 tidak sekedar menampilkan bagaimana menjadi sebuah pasukan dengan gerakan baris-berbaris yang baik dan benar, namun juga menjadi sebuah entitas tontonan yang menarik.
Secara umum, latihan dasar Paskibra adalah baris-berbaris yang kaku. Hanya bagaimana bersikap, beristirahat, menghormat, berhitung, hadap kiri, hadap kanan, balik kanan, dan gerakan-gerakan PBB resmi lainnya. Jika diperhatikan cenderung berpihak kepada gerakan-gerakan militer yang memang membutuhkan gerakan tegas dan cepat.
Gerakan Paskibra kemudian ditambah dengan variasi gerakan tidak resmi, yang sifatnya hanya sebagai pemanis, namun di sinilah kemudian Paskibra menjadi entitas eskul di sekolah-sekolah yang banyak diminati peserta didik. Ketampakgagahannya menjadi daya tarisk tersendiri.
Bahkan variasi gerakan baris-berbaris yang juga disertai yel-yel menarik, diperagakan tidak hanya oleh Paskibra yang beranggotakan pelajar, bahkan pasukan di ketentaraan dan kepolisian pun menerapkan hal yang sama. Jadilah kemudian barisan yang semula bergerak dengan aturan PBB yang kaku, kini menjadi lebih menarik dan disukai. Lomba-lomba PBB memasukkan variasi gerakan sebagai bagian dari kriteria penilaian.
Akan tetapi, dari semua yang pernah ada, baru Pasheman'90 yang berani menampilkannya di panggung. Setelah satu tampilan lolos, dituntut untuk menampilkan gerakan lain yang lebih variatif dan lebih bagus. Berikutnya, jika lolos lagi, harus menampilkan yang lain lagi. Bayangkan, betapa sang pelatih harus memiliki beberapa alternatif gerakan yang harus dilatihkan agar tetap tampil bagus di atas panggung.
Pasheman,90 sebagaimana dikatakan oleh juri Rosa yang akrab dipanggil Teh Ocha, adalah contoh yang baik bagi peminat eskul paskibra di sekolah-sekolah, yang berhasil menampilkan sesuatu yang istimewa. Melalui Pasheman'90, kita seolah diajak menonton tampilan Paskibra seolah menonton tampilan tari, tetapi dengan jiwa dan karakter yang lain.
Gerakan PBB ternyata memiliki fleksibilitas yang luar biasa, divariasikan dengan gerakan apa pun, akan menjadi sangat indah selama pelatih mengarahkannya dengan sungguh-sungguh. Ini sekaligus membuktikan bagaimana sebuah kreativitas bisa diekspresikan tanpa batas, bahkan terhadap gerakan baris-berbaris yang semula kaku.
Acungan jempol tentu pantas ditujukan kepada sang pelatih, yang selain memiliki koleksi gerakan variasi yang banyak, tetapi juga memiliki keberanian menampilkan sesuatu yang lain. Berani mendobrak pakem baris-berbaris yang cenderung kaku.