Mohon tunggu...
Asikin Hidayat
Asikin Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru di Majalengka.

Saya hanya suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngobrol Santai Bersama Kang Ujang Suratno, Rektor Unwir Indramayu

5 September 2022   12:06 Diperbarui: 5 September 2022   12:19 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersyukur bisa bertemu Dr. H. Ujang Suratno, rektor Universitas Wiralodra (Unwir) Indramayu kemarin (Minggu, 04/09/22). Ini ungkapan syukur yang benar-benar tulus datang dari hati yang paling dalam, semata-mata karena Allah mempertemukan kami sebagai sesama alumni SMP Negeri Kadipaten tahun 1980 di saat usia kami sama-sama di ambang senja.

Kang Ujang (demikian saya memanggilnya) masih tampak beberapa tahun lebih muda. Bener. Ini bukan pujian yang dilantarankan saya disuguhi pasak gombyang Panorama yang terkenal dan lezat, akan tetapi memang demikianlah kenyataannya: Kang Ujang mah awet muda.

Saya punya keyakinan, bahwa ketampakmudaan Kang Ujang tersebab oleh aura keilmuan yang dimilikinya, ditambah dengan kelapangan hati dan kebijakan pikir yang ada pada dirinya. Kesan itu makin tebal dan makin bertambah mendalam setelah dengan seksama saya mendengar obrolannya.

Sebagai seorang peneliti, Kang Ujang pernah mengunjungi puluhan daerah di Indonesia. Dengan fasih Kang Ujang bercerita bagaimana Batam menjadi daerah kaya raya sebelum terjadinya moneter tahun 1998 yang lalu. Beliau juga bercerita tentang keindahan Indonesia yang luar biasa, serta potensi kekayaan alam yang berlimpah ruah.

"Indonesia ini memiliki keindahan dan kekayaan sumber alam yang luar biasa. Freeport itu hanya mengeksploitasi sebagian saja dari kekayaan yang sesungguhnya di Papua. Masih banyak yang masih belum tersentuh," demikian tutur Kang Ujang. "Dengan kekayaan sumber alam yang berlimpah ruah itu, saya pikir kita tidak perlu merasa menjadi negara miskin. Tidak perlu pula harus mempertaruhkan nasib dengan menaikkan harga BBM."

"Kalau saya melakukan perjalanan di Sumatra atau di Sulawesi, sepanjang yang saya lihat adalah pemandangan nan sangat indah. Lihat pula Bunaken, dengan pesona lautnya yang mempesona, sungguh anugrah Allah yang sepantasnya kita syukuri. Tapi, karena Allah belum neurunkan berkah-Nya, maka semua yang kita miliki belum memberikan dampak banyak bagi bangsa ini," tambah Kang Ujang.

Kang Ujang membandingkan landskap Indonesia yang lebih indah dibanding landskap yang pernah dia temukan di sepanjang perjalanan Mekkah dan Madinah. "Di sepanjang jalur Mekkah -- Madinah hanya padang pasir yang ditemui. Tapi ..., kenapa negeri Arab kaya-raya? Ya ..., karena memang negeri itu mendapat berkah," ungkapnya.

Pertanyaannya, bagaimana sih biar berkah itu berpihak ke negara kita Indonesia, Kang Ujang? Sang Peneliti berdomisili di Bandung dan bertugas di Indramayu ini dengan bijak menjawab, bahwa harus terbangun mentalitas yang kuat pada setiap individu bangsa Indonesia, baik pemimpin maupun rakyatnya.

Cuma, membangun mentalitas yang baik itu bukan hal yang mudah. Rakyat Indonesia terlanjur digiring ke arah pragmatis, serta kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Pun para pemimpin yang cenderung berjalan dalam koridor cari aman ketimbang mengeksplor sesuatu yang baru yang bisa membawa perubahan.

"Mungkin kita butuh 350 tahun untuk memiliki mentalitas yang baik," celetuk istri saya, Uun Purnasih yang ikut terlibat dalam pembicaraan setara 2 SKS itu. "Karena dulu kita terlanjur di bawah tekanan kolonialisme selama 350 tahun, yang jelas-jelas telah meruntuhkan mentalitas bangsa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun