Mohon tunggu...
Asih Rangkat
Asih Rangkat Mohon Tunggu... lainnya -

Mewujudkan lamunan dalam tulisan...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gara-gara Gladiol [ECR ]

22 November 2011   12:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:20 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Kembang!!!! Tunggu dulu! Jangan lari kencang-kencang, nafasku tidak kuat…ukh..ukh..”

Mas reporter berhenti berlari. Dia terbatuk-batuk karena kecapekan. Kembang yang mendengar mas Reporter batuk, menghentikan larinya. Dia berbalik, hatinya iba melihat mas Reporter terbatuk-batuk sambil memegang perut.

“ Makanya mas Rizal jangan buat gara-gara. Tanda tangan Kembang kok ada di berkas pernikahan yang mas bawa. Kita kan belum komitmen untuk menikah?” Kembang berbicara dengan jarak beberapa meter dari mas Reporter.

“ Dengar dulu Kembang!! Kamu main kabur saja! Bagaimana kalo satu desa tahu aku memaksamu menikah. Pasaranku bisa jatuh.” Mas Reporter berjalan mendekati Kembang yang terlihat bingung. Nafasnya masih ngos-ngosan.

“ Aku buat berkas pernikahan itu untuk kamu dengan mas Kades. Kamu gimana sih? Biar aku berseteru dengan mas kades soal kamu, tapi urusan hati, mas mu ini tidak ingin Kembang terluka. Kembang kan suka sama mas Kades. Karena itu diam-diam, mas urus berkasnya. Kok tiba-tiba kamu marah dan kabur begitu saja?”

“ Oh, ternyata begitu? Maafkan Kembang mas Rizal. Kembang shock, kaget kok tiba-tiba mas kades serahkan map kuning dan mengatakan, selamat ya Kembang atas pernikahanmu dengan mas Rizal. Coba mas pikir, kemarin Kembang bawa gladiol ke kantor desa, trus hari ini ada berkas yang menyatakan Kembang bakal nikah sama mas. Itu kan bikin mas Kades bingung??”

Mas Reporter terlihat sangat menyesal. Beberapa kali dia memegang kepalanya seolah menyesali perbuatannya.

“ Mas juga minta maaf. Jadi apa yang harus mas lakukan, biar hati Kembang tenang dan bisa ikut bursa calon ibu kades?”

Hati Kembang akhirnya luluh. Dia tersentuh melihat kesungguhan mas Reporter meminta maaf dan ingin mengembalikan Kembang ke posisi awal sebagai calon ibu kades. Kembang tercenung sesaat.

“ Mas Rizal harus ke kantor desa untuk klarifikasi soal berkas itu ke mas kades.”

“ Harus klarifikasi?” mas Rizal membelalak kaget. Kembang mengangguk tenang seolah tak ada pilihan lain bagi mas Reposter selain mengikuti keinginannya.

“ Hanya itu cara satu-satunya agar mas Kades yakin kembang belum menjadi milk siapa-siapa.”

Mas Reporter akhirnya pasrah demi mendapatkan maaf dari Kembang, cara apapun akan dia lakukan walau harus berhadapan dengan seterunya di kantor desa. Dengan semangat, mas Reporter berjalan menuju kantor desa. Dia ingin secepatnya tiba dan mengatakan semua hal yang membuat mas kades pulih kepercayaan terhadap Kembang.

Karena begitu bersemangat, mas Reporter tidak menyadari beberapa pasang mata sejak tadi mengikutinya. Mereka adalah mbak Yuli, mbak Jingga dan Dorma. Langkah mereka terhenti ketika mas Rizal memasuki kantor desa.

“ Tuh kan, bener gosip yang beredar kalo mas Rizal suka sama mas Kades. Lihat saja, mas Rizal juga ikut-ikutan membawa gladiol. Kalau bukan karena tertarik dengan mas Kades, apalagi alasannya.” Ucap mbak Jingga yang akhirnya mendapat anggukan kepala dari Dorma dan mbak Yuli. ***

Cerita sebelumnya :

1. Cinta Diantara Gladiol ( mas Hans Kades Rangkat )

2. Gladiol Untuk Aa Kades ( Asih Sekdes Rangkat )

3. Gladiol Untuk Kesekian Kalinya ( Acik Sespri Kades )

4. Berkas Pernikahan Mas Reporter( Asih Sekdes Rangkat )

5. Menyebut Kembali Namamu ( Miss Rochma )

ECR4

___________________________________________________________________________

DESA RANGKAT  menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda,  datang, bergabung  dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun