Diluar rumah nampak duduk berjejer dengan rapi, mas Lala, mas Hans, Pak RT Ibay. Mas Rizal sejak tadi sibuk dengan kameranya. Cuma anehnya, kepalanya selalu mengarah ke dalam rumah.
“ Aku tahu kamu lagi merhatiin siapa? Si Galang kan?” mas Hans nyelutuk.
“ Dia datang dengan suaminya, kamu nggak ada harapan lagi.” Mas Rizal duduk dengan lemas.
“ Nasibku selalu begini, selalu saja gadis yang aku incar diambil orang.”
“ Maksud kamu, Acik juga incaranmu?”
Mas Rizal menggeleng cepat.
“ Bukan! Si Galang maksudku.” Mas Rizal beranjak lalu menuju meja yang telah penuh dengan makanan. Senyum manisnya tak dibalas Dorma yang berdiri berdampingan dengan Devi.
“ Maaf, ini sudah kesepuluh kalinya mas Rizal ngambil kue. Lapar atau doyan, mas?” tegurnya.
Mas Rizal hanya terkekeh lalu mencomot kue. Dia tak peduli dengan pandangan tajam Dorma yang melotot padanya. Dari jauh mas Hans tertawa menyaksikan tingkah mereka.
Suasana kemudian berubah riuh saat terdengar teriakan dari depan rumah. Pengantin pria telah datang. Tamu yang ada didalam rumah segera bergegas berdiri. Mereka ingin melihat kedatangan pengantin pria. Sebagian warga memang belum semuanya mengenal sosok mas Firman. Maklum dia adalah warga baru di Rangkat. Walau baru, ternyata mas Firman tidak butuh waktu lama untuk mencari jodoh.
Mas Erwin dan Asih segera berdiri di depan pintu, menyambut kedatangan mempelai pria. Rebana ditabuh dan lantunan syair islami mulai menggema. Bisik-bisik mulai terlihat diantara para tamu. Penampilan mas Firman dalam busana pengantin terlihat sangat elegan dan tampan. Sementara didalam kamar Acik berdebar menantikan saat-saat kedatangan mas Firman. Suara riuh dari luar makin membuatnya tegang.
Setelah sambutan dari pihak keluarga Acik yang diwakili oleh pak RT Ibay dan oleh Ayah mas Firman dari keluarganya. Maka ijab kabul siap untuk dilaksanakan di depan penghulu yang selalu dikawal oleh mas Hans. Bertindak sebagai wali Acik adalah wali hakim berhubung orang tua Acik telah tiada. Mas Firman tampak pucat dan gugup. Tiga kali dia berlatih mengucap ijab kabul. Dan pada saat ijab kabul, ternyata mas Firman dapat mengucapkannya dengan lancar, tenang dan pasti, yang kemudian disambut teriakan “SAH” dari seluruh yang hadir.
Mas Firman kemudian menyerahkan mahar berupa Al-Qur’an terjemah miliknya dan akta jual beli rumah yang baru dibelinya di Desa Rangkat kepada Acik. Setelah itu mereka berdua melakukan sungkeman kepada orang tua mas Firman lalu pada Mas Erwin dan Asih. Kakak beradik itu tak bisa menahan tangis mereka. Dengan berurai air mata, Asih memeluk adiknya. Nampak Acik beberapa kali menghapus airmatanya agar riasan di wajahnya tidak luntur.