Lembaga pendidikan memiliki peranan penting dalam membentuk karakter generasi bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun kenyatannnya nilai-nilai karakter tersebut belum sepenuhnya terwujud. Untuk memperoreh lulusan yang cerdas, kreatif, produktif dan bertanggung jawab maka diperlukan adanya pengembangan pendidikan di bidang kurikulum, salah satu contoh adalah kurikulum yang diberi muatan sains. Baru-baru ini, pemerintah membuka kembali adanya program sekolah berbasis sains, sebagai sarana untuk membentuk karakteristik peserta didik. Sekolah berbasis sains merupakan sekolah yang dikemas adanya suasana sains dalam setiap kegiatan dan aktivitas pembelajaran di sekolah, bahkan bila perlu keadaan lingkungan di sekitar sekolah juga didukung adanya sarana prasarana yang terkait dengan sains serta infrastruktur yang bernuansa sains.
Latar belakangnya adalah adanya pemikiran bahwa ditengah dunia yang makin global, penguasaan sains dan teknologi bagi sebuah bangsa akan sangat menentukan posisi bangsa tersebut di antara bangsa-bangsa lain. Kami melihat bahwa pendidikan di negara kita belum memiliki konsep yang kuat dalam penguasaan sains dan teknologi tersebut. Adanya faktor mengapa penguasaan sains dan teknologi menjadi penting adalah karena hal ini berhubungan erat dengan keberlangsungan umat (terkait dengan tindakan bijak terhadap isu-isu global seperti pemanasan global, rekayasa genetik). Faktor lainnya adalah tuntutan angkatan kerja dalam lingkungan ekonomi yang berbasis sains dan teknologi.
Kami percaya bahwa sains dan teknologi merupakan hal yang sangat menonjol perkembangannya dalam membentuk dan menentukan corak kehidupan manusia dimasa kini dan masa yang akan depan. Pendidikan yang berbasis sains yang dihubungkan dengan kehidupan nyata akan dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup dan kehidupan (life skill) yang secara integratif memadukan potensi generik dan spesifik guna memecahkan dan mengatasi problema kehidupan mereka sebagai individu dan juga bangsa secara umum.
Ada beberapa permasalahan yang kita hadapi sehingga membuat kami berpikir bahwa pendidikan berbasis sains itu perlu, salah satunya yakni bahwa meski siswa-siswi Indonesia terus menerus memperoleh kemenangan di berbagai olimpiade sains namun secara agregat kualitas pendidikan di Indonesia mengalami kemunduran yang serius. Hal ini dapat dilihat dari berbagai statistik yang menunjukkan bahwa Indonesia masih menduduki peringkat bawah dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang dan Singapura. Dari komparasi internasional, mutu pendidikan juga kurang menggembirakan. Studi Blazely dkk, (1997) melaporkan bahwa pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan dimana anak berada. Akibatnya, peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian.
Selain hal tersebut, ada tantangan berat yang kita hadapi di masa depan. Di dalam negeri krisis ekonomi menyebabkan angka pengangguran terus meningkat, yang diperkirakan telah mencapai 40 juta. Mengingat krisis ekonomi tersebut tampaknya belum segara pulih maka angka pengangguran juga belum segera dapat turun, sehingga pendidikan perlu berperan aktif membantu mengatasi pengangguran tersebut. Dari dalam bidang pendidikan sendiri, diketahui terdapat 34,4% lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke SMA. Mereka jelas berpotensi menambah jumlah angka pengangguran yang sudah sedemikian besar. Hal ini berarti, perlu dipikirkan bagaimana pendidikan yang mereka peroleh di bangku sekolah dapat berperan mengubah mereka menjadi manusia yang produktif. Perlu dipersiapkan, bekal apa yang perlu diberikan kepada peserta didik agar mereka dapat memasuki dunia kerja dan menjadi bagian dari pembangunan bangsa.
AFTA (Asean Free Trade Area), AFLA (Asean Free Labour Area) serta MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) telah membuat persaingan tenaga kerja semakin terbuka. Konsekwensinya tenaga kerja kita harus mampu bersaing, agar krisis ekonomi tidak makin terpuruk. Bangsa Indonesia harus dipersiapkan melalui pendidikan yang berbasis sains dan teknologi agar mampu bersaing dengan rekan mereka dari negara lain. Meski sering digembar-gemborkan bahwa pendidikan haruslah seimbang antara penguasaan IPTEK dan IMTAK tapi pemahaman tentang pendidikan yang berbasiskan IPTEK itu sendiri tidak pernah dirumuskan secara jelas sehingga dapat dijadikan sebagai arahan dalam  implementasinya di sekolah.
Sekolah  berbasis sains diperlukan, karena memang kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013. Dimana kurikulum 2013, merupakan kurikulum yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi dapat berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi belajar pada sekolah yang berbasis sains diharapkan dapat turut mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dalam lingkungan sekolah berbasis sains.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H