Allah menciptakan manusia penuh dengan kesempurnaan. Organ yang dimiliki hanya oleh manusia adalah otak. Otak adalah pusat berfikir bagi manusia. Saat baru lahir Allah berikan manusia milyaran sel yang belum saling berhubungan. Orang tuanyalah yang di beri amanah oleh Allah untuk mengkoneksikan milyaran sel tersebut. Otak pun memiliki bagian-bagian yang fungsinya berbeda satu sama lain. Otak besar di bagi menjadi dua hemisfer, yaitu kiri dan kanan. Otak bagian kiri terutama mengendalikan aktivitas yang bersifat teratur, berurutan, rinci, sistematis, dan matematis. Orang yang dominan otak kirinya memiliki kemampuan analisis dan logis yang baik, tetapi memiliki keterbatasan dalam hubungan sosial. Anak dengan dominasi otak kiri belajar dengan hal-hal yang urutan, belajar dari bagian-bagian ke keseluruhan, senang membaca. Selain itu anak dengan dominasi otak kiri menyukai kata-kata, simbol dan huruf. Anak dengan dominasi cenderung lebih focus yang lebih internal. Otak bagian kanan mengendalikan aktivitas yang bersifat berfikir divergen (meluas), imajinasi, ide-ide, kreativitas, emosi, musik, spiritual, intuisi, abstrak, bebas, dan simultan. Orang yang dominan otak kanannya biasanya pandai bergaul tapi kesulitan dalam belajar hal-hal yang teknis. Anak-anak yang memiliki dominasi otak kanan lebih nyaman dengan hal yang acak. Belajar lebih baik dari yang keseluruhan kebagian-bagian, lebih menyukai sistem membaca keseluruhan bahasa, lebih menyukai gambar, grafik dan bagan, cenderung fokus yang lebih eksternal dan menginginkan pendekatan yang lebih terbuka, hal-hal baru dan kejutan. Disiplin Anak Otak Kanan dan Otak Kiri Anak dengan dominasi otak kiri biasanya lebih mudah belajar mengenai peraturan. Anak otak kanan lebih sulit belajar mengenai aturan dan kecenderungannya terlihat lebih sering melanggar aturan. Pemberlakuan hukuman tidak akan efektif bahkan akan menyebabkan anak kecanduan. Misalnya saat ini dihukum push up 10 kali, besok lebih dari 10 kali dan seterusnya. Hukuman akan membuat anak patuh sesaat. Pemberian konsekuensi lebih tepat pada anak-anak dengan kecenderungan otak kanan. Konsekuensi berbeda dengan hukuman. Konsekuensi memiliki hubungan dengan penyebab di berikannya konsekuensi, sedang hukuman tidak. Disiplin yang perlu diperkenalkan pada anak berotak kanan adalah disiplin fungsional, bukan struktural : Makan kalau lapar, istirahat kalau capek, tidur kalau ngantuk. Jika anak selalu bangun kesiangan, konsekuensinya, ia akan terlambat sholat, mandi, sarapan, terlambat masuk sekolah. Sampai di sekolah anak harus menyelesaikan aktifitasnya terlebih dahulu, sehingga waktu bermainnya berkurang. Ketika sang anak mencari-cari alasan untuk tidak masuk sekolah, maka saat di rumah, berikan aktifitas yang sama dengan yang dilakukan di sekolah, jangan sekali-kali memberikan anak kesempatan menonton TV, karena ia akan berfikir, oh… kesiangan itu enak, aku bilang aja pusing, supaya nggak masuk sekolah, di rumah asik nonton televisi. Penerapan disiplin yang terlalu ketat pada anak usia dini akan mematikan kemampuan kreativitasnya. Biarkan anak mengeksplorasi, guru bertugas untuk mengalirkan informasi. Penerapan disiplin sudah mulai bisa dilakukan secara bertahap sejak anak sekolah di kelas 1 dan di perkuat saat kelas 3. Anak dengan dominasi otak kanan yang terlalu lama di biarkan tanpa disiplin bisa jadi asosial atau anti sosial. Lingkungannya akan menganggap anak sebagai pribadi yang tidak punya aturan sehingga teman malas bermain dengannya. Hubungan Membaca, Menulis dan Berhitung Dengan Dominasi Otak Anak-anak dengan dominasi otak kiri lebih mudah belajar calistung karena calistung adalah bersifat struktural. Tetapi anak-anak dengan dominasi otak kanan membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar calistung. Tapi hal ini harus terus di bangun pada anak-anak dengan dominasi otak kanan. Calistung adalah obat bagi anak yang ekstrem otak kanan. Namun calistung ini hanya boleh diajarkan pada anak-anak usia SD. Tugas Taman Kanak-kanak adalah mempersiapkan agar anak siap belajar Calistung di SD. Aktifitas di TK adalah aktifitas-aktifitas yang berfungsi untuk menyiapkan anak siap belajar di SD, seperti membangun kemampuan motorik, bahasa, dan sosial emosi. Manakah yang lebih baik ? Otak kanan dan otak kiri bekerja bukan bekerja sendiri-sendiri. Otak bagian kanan dan kiri memiliki keterkaitan yang sangat penting. Seorang pelukis yang sedang melukis sebuah objek, kelihatannya sedang bekerja dengan otak pada hemisfer kanan. Padahal sesungguhnya kedua bagian otaknya sedang bekerja. Otak bagian kanannya memproses ide, otak bagian kirinya memproses langkah-langkahnya, apa yang harus di gunakan untuk mewujudkan idenya. Pengertian satu sisi otak kreatif satu sisi yang lain logis sesungguhnya sudah kuno. Kita dapat sangat kreatif menggunakan urutan logis, pola dan variasi. Otak kiri sangat penting, otak kanan pun sangat penting. Sehingga perlu keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan. Kreativitas yang produktif dan solutif itu 60 % otak kanan dan 40 % otak kiri. Kalau seorang anak 75 % otak kanan dan 25 % otak kiri, justru tidak akan kreatif, walau kaya gagasan. Kreatifitasnya hanya sampai pada ide, karena memiliki kesulitan untuk mewujudkan idenya. Cenderung menggampangkan dan bekerja semaunya, dan sulit menyelesaikan sebuah pekerjaan dengan baik. Kreatif tanpa disiplin akan melahirkan kemubadziran. Jika kemampuan otak-kanan dan otak kiri berbeda terlalu jauh (lebih dari 2 standard deviasi) itu akan buruk bagi perkembangan berpikir anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H