Mohon tunggu...
Asih Iqbal iqbal
Asih Iqbal iqbal Mohon Tunggu... Guru - Tri harnanik atas asih

Tri harnanik atas asih, pekerjaan guru, pendidikan S1 pendidikan agama islam, UMJ Penulis novel, cerpen, puisi, artikel freelance

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pasung

14 Januari 2022   08:19 Diperbarui: 14 Januari 2022   08:23 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bab 2 Hajatan bu Mirah

Ayo... Sum, keburu hujan nanti. Cepatlah kau masukkan daun-daun ini!" perintah emak Sumi. Sumi pun mengangguk dan tangan kecilnya memasukkan daun-daun daun yang sudah dirapikan emaknya.

"Mak, kenapa kak Seto dan ayah Karim jarang membantu kita mencari daun jati ini? Padahal mereka juga makan dan suka minta uang pada emak? " tanya Sumi hati-hati.

Emak Sumi menghela nafas pelan. Ada guraran kekecewaan di sela wajah keriputnya. "Sudahlah, Sum. Mereka susah dinasehati. Daripada emak nanti dihajar dan dikata-katain, mending emak diam. Mungkin suatu saat ayahmu dan Seto bisa berubah, " kata emak Sumi lirih. Sumi pun tertegun sesaat dan hanyut dalam kebisuan.

Benar kata emak, jika emak mengingatkan suaminya, pasti yang ada hanya bertahan dan umpatan kasar. Sumi tidak mau terjadi hal itu pada emaknya, yang sudah susah payah mencari uang untuk mereka.

Dalam hati Sumi mengumpat perilaku kedua orang terdekatnya itu, tetapi ia tak berani melawan. Hari sudah mendekati siang. Mereka pun pulang dengan membawa dua keranjang.

 Dengan cara diindet(dijinjing) keranjang itu dibawanya menuju rumah bu Mirah. Perjalanan menuju rumah bu Mirah cukup jauh, yaitu sekitar 30 menit dengan melewati pematang sawah penduduk sekitar.

Tak butuh waktu lama, karena langkah mereka tergesa untuk sampai tujuan. Sumi mengelap peluh keringat di dahinya. Emak juga melakukan hal yang sama. Ditariknya ujung kain kebayanya dan iapun mulai mengelap dahinya.

 Wajah cantiknya masih membekas di usia senjanya. Wanita yang kuat, tetapi dingin dalam bersikap, kalau bicara seperlunya, seolah di sekelilingnya orang yang jahat padanya.

"Kulo nuwun..." Sumi mewakili emaknya mengucap salam pada si empunya rumah.

"Monggo... " Terdengar suara dari dalam rumah. Ternyata bu Mirah sendiri yang membukakan pintu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun