Setidaknya ada empat julukan untuk Kota Manokwari  -- ibu kota provinsi Papua Barat dan sekaligus ibu kota kabupaten Manokwari...
Kota Injil..
Kota/kabupaten toleransi beragama...
Kota/kabupaten tumbuh kembang...
dan Kota/kabupaten UHC...universal health coverage..(catatan: tahap satu..)
Istilah Manokwari Kota Injil pertama kali diperkenalkan oleh Gereja Kristen Injili di Tanah Papua pada 1997. Slogan itu merujuk pada sejarah masuknya Injil pertama kali di Papua, yakni di Pulau Mansinam, sekitar 20 menit menumpang kapal dari Pelabuhan Manokwari. Injil pertama kali dibawa oleh dua misionaris Jerman utusan Utrechtse Zendings Vereniging (UZV), Carl Wiliam Ottow dan Johan Geissler, pada 5 Februari 1855. Untuk menghormati hari itu, pada 2000, Pemerintah Daerah Papua menetapkan tanggal 5 Februari sebagai tanggal masuknya Injil di Papua sekaligus sebagai hari libur di Papua.
Toleransi beragama terasa hadir dalam kehidupan masyarakat. Bagaimana tahu dalam waktu 2 hari? Saya lihat dan rasakan di pasar, di jalan, di kantor, masyarakat berbaur damai. Â Berhijab, berkupluk berbaur dengan mbak ibu berambut hitam lurus berkulit sawo matang, juga mace tante kriting berkulit hitam. Anak-anak sekolah berkerudung dan tanpa tutup kepala, berjalan bersemangat menuju sekolah.
Pemda terus membangun harmoni. Pak Wabup bilang tahun ini Pemda memberangkatkan haji dan umroh, ziarah ke Yerusalem, dan India untuk masyarakat yang berprestasi..  Oya, Bupati adalah orang Papua asli (OAP) nasrani, memimpin Kabupaten Manokwari bersama wagub orang  jawa asli beragama Islam.  Begitu juga, gubernur Pak Mandacan, OAP nasrani, dan wagub  Bapak Lakotani, muslim, keturunan Makasar kelahiran Papua Barat.
Kotanya sedang tumbuh dan berkembang. Â Tengoklah kompleks pemerintahan di perbukitan yang menghadap ke teluk indah, penuh dengan bangunan modern megah. Â Saya lanjut berkeliling lihat kampung asri di tepi laut dan perumahan baru di tebing bukit. Â Tidak ada rumah kayu di sana, Â mungkin di gunung pedalaman masih ada rumah-rumah di atas kayu. Jadi penasaran, mudah-mudahan ada kesempatan lain terbang ke pedalaman Papua Barat, mengunjungi OAP di rumah-rumah kayu di atas pohon.Â