Mohon tunggu...
Asih Aryani
Asih Aryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profil asli

Saya adalah mahasiswa IAIN Pontianak yang masih belajar. Akan terus berproses dan berprogres.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santri Nakal vs Satu Juzan

10 Februari 2022   17:17 Diperbarui: 10 Februari 2022   17:23 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

  Subuh itu ... Hawa dingin seperti biasa di perkampungan sekitar Pesantren Darul Huffazh, Bandung. 

Pukul 03.00 WIB dini hari, para gadis remaja di Pesantren tersebut sudah bersiap-siap dengan mukenanya untuk menunaikan salat tahajud berjamaah. Ada yang sudah duduk di pinggiran mushola sejak pukul satu malam sambil menyiapkan hafalan Quran untuk disetorkan pada halaqah hafalan selesai menunaikan salat subuh.

Berbeda dengan gadis lainnya. Susan, begitu namanya akrab disapa, gadis jalanan, berpenampilan preman, tetapi merupakan anak konglomerat yang sudah tinggal di Pesantren selama tiga tahun itu, masih tertidur pulas di kasurnya. Asmanadia, sahabat satu kamar Susan sudah berulang kali membangunkan gadis itu, namun ia hanya menjawab dengan malas, "Aku masih ngantuk, Iyak."

"Nanti kamu dimarahin Kak Ashila, loh. Hari ini kamu juga setoran satu juzan, kan?" Meskipun tidak direspon baik oleh Susan, sebagai seorang sahabat, Asmanadia terus mencoba mengingatkannya dengan baik dan lembut. "Kamu udah tiga tahun di sini, San, masa hafalannya masih juz 30 saja? Tidak ada niat untuk menambah hafalan Quran kamu?" Tambah Asmanadia.

Belum selesai percakapan keduanya, Kak Ashila sudah datang ke kamar mereka. Kak Ashila merupakan Pengurus yang bertanggung jawab terhadap kamar "Humaira" yakni nama kamar yang ditinggali oleh Susan, Asmanadia, dan delapan teman mereka yang lain. 

Kak Ashila meminta Asmanadia segera ke Musholla dan masalah Susan, dia yang akan mengurusnya. Buru-buru Asmanadia keluar karena sudah tahu bagaimana karakter dari Kakak pengurus yang satu itu. 

Lima belas menit kemudian Susan sudah terlihat duduk di Musholla. Tidak ada manusia yang berhasil membangunkan seorang Susan kecuali Kak Ashila. Dengan malas dan menguap berkali-kali, Susan kembali tidur bersandar di tiang Musholla. Teman-temannya sudah selesai melaksanakan salat tahajud dan berzikir. Kini mereka tengah sibuk mengulang dan membuat hafalan baru. 

Jam berlalu tanpa terasa. Waktu sudah menandakan salat subuh. Beberapa santriwati fokus mendengarkan azan berkumandang, beberapa yang lain mengambil wudu kembali, sedangkan Susan nampak sedang melamun dengan wajah yang berair seusai wudu, sesekali ia menguap.

Salat Subuh telah selesai dilaksanakan, kini santriwati kembali ke kamar mereka untuk memakai pakaian taqwa yakni hijab dan gamis hitam. Karena di Pesantren tersebut diwajibkan untuk memakai pakaian serba hitam ketika sedang proses belajar mengajar.

Semua berjalan baik awalnya. Para santriwati menyetorkan hafalan mereka dengan lancar. Ustazah juga nampak bahagia melihat setoran santriwati yang lancar. Namun, hal itu tidak terjadi pada ustazah Fitri yang sedang menyimak setoran satu juzan Susan. Ustazah itu menangis tersedu, begitu juga dengan Susan. Semua mata tertuju kepada mereka. 

Beberapa santriwati mulai saling bisik. Mereka yakin pasti Susan membuat masalah lagi dengan setorannya. Ia pasti mengatakan bahwa tidak mengulang hafalannya sehingga memutuskan untuk mundur dari satu juzannya lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun