Mohon tunggu...
Asif Masruroh
Asif Masruroh Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Impor? Apa Salah Indonesia?

11 November 2018   12:30 Diperbarui: 11 November 2018   12:55 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Konsumsi di indonesia secara ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan impor, karena indonesia belum bisa memenuhi kebutuhannya dengan produk dalam negri. Saat konsumsi tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negri, maka kebutuhan konsumsi tersebut dipenuhi dengan cara impor dari negara lain agar kebutuhan dalam negri tetap terpenuhi. 

Di indonesia impor bahan pangan sudah menjadi hal yang biasa apalagi jika harga impor lebih terjangkau dibandingkan produk dalam negri. Impor tanaman pangan yang sering kita ketahui tentunya impor kedelai, kedelai merupakan salah satu komoditas yang paling penting karena kedelai sebagai pangan utama setelah padi dan jagung. Kedelai di indonesia paling banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri yaitu sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap, dan sebagainya, artinya konsumen kedelai paling tinggi adalah industri. 

Oleh karena itu  kedelai di indonesia mempunyai pasar yang cukup besar, seharusnya petani dapat meningkatkan produksi dalam negri salah satunya dengan meningkatkan harga kedelai lokal agar produksi petani juga ikut meningkat. Harga kedelai berperan penting dalam peningkatan produksi petani. Namun jika kita melihat kenyataan yang ada jika peningkatan harga kedelai lokal yang terjadi tidak dapat meningkatkan produksi petani kedelai. 

Hal ini disebabkan harga kedelai lokal lebih mahal dibandingkan harga kedelai impor, sehingga kedelai lokal tidak dapat bersaing dengan kedelai impor, akibatnya produksi petani kedelai juga tidak mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi kedelai yang tidak diiringi dengan peningkatan produktivitas tentunya akan meningkatkan impor kedelai dalam negri. 

Penduduk indonesia sekarang ini sekitar 262 juta dengan rata rata mengonsumsi 9 kg kedelai perkapita setiap tahunnya. Jika jumlah penduduk dikalikan dengan kebutuhan kedelai pertahunnya menjadi 2,3 juta ton per tahun kebutuhan kedelai di indonesia, sedangkan saat ini indonesia hanya dapat memproduksi kedelai sebesar 791 ribu ton per tahunya dengan luas tanaman 200 ribu hektar dan produktivitas 15, 35 kuwintal per hektar. 

Tentunya untuk memenuhi defisit kedelai tersebut negara harus mengimpor kedelai dari luar negri. Banyak upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk swasembada kedelai, namun produktivitas kedelai yang rendah di indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya luas lahan, harga kedelai, benih dan pupuk. 

Luas tanam kedelai indonesia hanya 200 ribu hektar sangat perlu dilakukan, karena semakin luas lahan tanam maka produksi kedelai yang dihasilkan setiap tahunnya juga akan meningkat apalagi jika dalam setahun biasanya kedelai dapat ditanam lebih dari sekali. 

Perluasan yang diperlukan sekitar lima kali lipat, jika diperluas lima kali lipat dengan produktivitas kedelai di indonesia tetap 15, 35 kwintal per tahun dapat diperoleh luas panen sebesar 1,4 juta hektar per tahunnya sehingga jika dikalikan produktivitas indonesia dapat memproduksi kedelai sebesar 2,2 ton per tahunnya. 

Angka itu tidak jauh berbeda dengan kebutuhan kedelai setiap tahunnya sehingga negara indonesia tidak perlu melakukan impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negri. Selain masalah luas tanam indonesia juga belum terlalu memaksimalkan penggunaan teknologi dalam bidang pertanian. 

Jika perluasan lahan tanam diiringi dengan penggunaan teknologi yang baik indonesia tentunya tidak akan lagi impor kedelai. Dengan mengetahui faktor -- faktor yang mempengaruhi produksi kedelai tersebut diharapkan petani dan pemerintah bekerjasama agar dapat terus meningkatkan produktivitas kedelai, agar kebutuhan dengan ketersediaan dapat seimbang apalagi jika konsumsi kedelai di indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun