Sudah cukup lama Ma Sang Ji merencanakan ‘bunuh diri’, yaitu ketika menulis artikel “Menjadi Perawan di Sarang Perjaka”, 2 Juni 2011. (Silakan simak atau baca kembali artikel tersebut supaya lebih memahaminya.) Akar masalahnya adalah dominasi maskulinitas terhadap feminitas di Kompasiana.
Sesaat setelah penayangan artikel tersebut, terlihat ada perubahan sikap pada Admin. Mereka tampak berusaha mengurangi dominasi maskulinitas. Namun perubahan ini hanya berlangsung beberapa minggu. Kini keadaannya kembali seperti semula atau bahkan lebih parah.
Kasus teror Jojo Tejo merupakan puncaknya. Jelas terlihat, Admin berpihak pada maskulinitas justru ketika maskulinitas sedang menzalimi feminitas.
Karena masalahnya sudah memuncak, Ma merasa, "Tidak ada lagi opsi bagi saya selain bunuh diri." Namun Ma Sang Ji tidak pergi begitu saja meninggalkan akun pribadinya di Kompasiana.
Sebelum masalahnya memuncak, Siluman Feminin ini sudah menyiapkan beberapa tubuh baru bagi eksistensi jiwa-jiwanya. Antisipasi ini terilhami oleh Malam Prosa Kolaborasi.
Ma pun menyadari bahwa feminitas lebih menghargai kerjasama daripada prestasi individual. Siluman Feminin ini menegaskan, "Tidak ada lagi artikel saya, tetapi masih akan ada artikel kami." Karena itu, jika fans Ma hanya menyukai tulisan Ma pribadi, tapi tidak menyukai karya kolaborasinya, seperti di A Sia Na ini, maka Ma merasa gagal dalam menjalankan misi feminisasi masyarakat.
Demikian klarifikasinya. Terima kasih atas perhatiannya. (Mohon diberi vote: AKTUAL.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H