Temuan serupa ditemukan Jasman Indratmono, sebagai Kepala Balai Pengendalian Pendidikan Menengah dan Khusus (BP2MK) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah.Â
"Karena banyak yang abal-abal dan ngaku-ngaku miskin, maka 500-an lebih SKTM terpaksa didiskualifikasi," kata Jasman, Selasa kemarin.
"Ada calon siswa pemegang SKTM yang rumahnya bagus dan punya mobil. Nah, itu kan bukti kalau dia kelas menengah ke atas, kok bisa-bisanya ngaku miskin" ujar Jasman lagi.
Dari sidak yang dilakukan Ganjar dan Jasman, jumlah total pengguna SKTM bodong ternyata mengagetkan, yaitu mencapai angka 78.000. Dengan rincian untuk pendaftar SMK 42.116 dan SMA 35.949.
Mengenai permasalahan ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengajak masyarakat mengubah cara berpikir demi pembenahan sistem persekolahan. Dengan zona yang baik, sebetulnya pembenahan di sekolah bisa dilakukan.
Di sinilah nampaknya peribahasa tertawa di atas derita orang lain tepat diterapkan. Demi memperoleh tiket masuk sekolah negeri favorit, mereka para orangtua menghalalkan segala cara dengan tidak memandang apakah itu perbuatan kriminal atau bukan, bertentangan dengan Undang-undang atau tidak. Mereka menjegal keadilan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H