Setelah sekian lama merencanakan membuat resume pendek seputar pengalaman berkendara dengan si "Cantik" Livina, akhirnya kesampaian juga. Sengaja saya tidak mengupload fotonya disini karena selain belum pernah mengambil foto secara khusus, pembaca dapat dengan mudah googling berburu fotonya dengan bermacam kondisi. Jujur, sejak berhasil meminang 4 tahun silam belum pernah sekalipun foto "mbak Vina" ini saya upload di medsos pribadi. Apakah saya tidak Cinta? Nanti dulu, tidak secepat itu untuk bilang Cinta pada mobil jenis ini. Tulisan ini nanti akan banyak menceritakan pengalaman pribadi saya bersama keluarga membelah ribuan km jalan membentang dari Timur ke Barat ataupun sebaliknya. Tidak ada yang saya lebihkan tentunya, karena pada akhirnya harus saya akui Livina berhasil membuat saya belajar mencintainya.Â
Sebelumnya, pembaca perlu tahu dulu seperti apa interaksi saya dengan kendaraan R4. Meski bukan dari kalangan "berada" (ups maaf) tapi setidaknya beberapa type mobil pernah saya coba sejak masih remaja (sebagai bahan pembanding nantinya). Mulai Suzuki Carry tahun 90 an, Toyota Crown tahun 80-an 6 silinder bbm Bensin, Toyota Hardtop tahun 70-an bbm bensin, Corolla Twincam tahun 90-an bbm bensin dan terakhir Livina Matic 2010 yang saat ini masih setia menunggu di garasi rumah. Dulu, sebelum memutuskan menjatuhkan pilihan pada mbak Vina (begitu beberapa orang menyebutnya) sempat pesimis Pembaca know well lah... Banyak sekali referensi yang menyebut jika mobil ini Nglitik forever, bbm boros, part mahal, lemah saat tanjakan dan puluhan "keluhan" lainnya. Tapi jujur, ini mungkin menjadi kesalahan pertama saya pada Livina karena jadi underestimate. Perlu waktu hampir 1 bulan untuk membulatkan tekad berburu R4 jenis ini, dan benar saja butuh effoort yang cukup menguras tenaga. Livina Matic hitam tahun 2010 ini saya temukan di sebuah kota di Jawa Tengah tepatnya di kota Kendal (fyp, saya sendiri dari Jawa Timur ..wkwkw). Sementara saya skip saja bagian ini, takutnya nanti justru akan banyak cerita kuliner khas Kendal yang saya cicipi disana. Kalau tidak salah waktu itu kami (bertiga) makan Sate, Pembaca tahu sate apa? Ya, Sate daging Sapi (terlanjur mau saya skip bagian ini).Â
Ini adalah pengalaman saya pertama kali mengendarai mobil matic, dan langsung masuk Tol Semarang-Madiun. Dipaksa untuk mengejar sosok Gahar Panther Silver "bernafas" panjang yang dikendarai teman saya. Melalui pesan suara yang dikirimkan di WA, mereka berdua berencana keluar dari Jalur Tol Solo dan masuk jalur non Tol arah Karanganyar tembus Tawangmangu dan Sarangan. Gila !!! (pikir saya waktu itu), belum lagi suasana gelap ditambah guyuran hujan lebat dan parahnya kaca film mobil Livina saya masih "aseli" warisan sebelumnya yang di desain harus menghadapi "panasnya" Jakarta di waktu siang (maklum saat itu memang unit plat B). Singkat cerita perjalanan perdana tersebut berhasil dilalui Alhamdulillah dengan lancar tanpa keluhan apapun, tentu saja dengan beberapa kesimpulan yang masih saya pendam sendiri waktu itu.Â
Setelah 4 tahun berlalu, ada beberapa pengalaman pribadi yang dapat saya bagikan untuk Sahabat sekalian;
Kecepatan Â
Soal kemampuan lari, Livina matic ini bukan pribadi yang malas meski saya juga bukan tipe driver yang "kejam". Di jalan lurus (dengan kontur normal) sangat mudah sekali mencapai speed 80 km/j dengan rpm yang bagi saya terasa smooth tidak bergetar sama sekali. Lalu di Tol? jujur saya tidak terlalu suka berkendara dalam top speed berlebih, pengalaman pribadi sejauh ini hanya pernah mencapai 135 km/j mobil masih dalam kondisi yang stabil dan fun to drive. Lalu untuk urusan BBM, jangan terlalu risau Livina Matic 2010 ini biasa saya isi dengan Pertalite 350 rb  menempuh jarak kurleb 450 km/PP (Gunung Pati, Ungaran - Telaga Ngebel, Ponorogo). Pernah juga saya bawa ke Jember muatan full dengan konsumsi Pertalite 550 ribu  (Jember-Ponorogo, kurleb jarak 700 km PP). Kategori Boros atau tidak? tentu sangat bergantung pada....Silahkan ditarik simpulan sendiri ya Sahabat...=)
Spare Part
Sejauh ini tidak ada keluhan "berat" dari saya sendiri selaku salah satu owner Livina Matic. Radioator pernah bocor dan mengharuskan saya belikan head Radiator karena pernah bagian bawah menghantam batu pada saat menempuh perjalan malam ke puncak pegunungan salah satu wilayah di Ponorogo. Penggantian busi, shockbreaker, bushing arm, engine mounting (beberapa part ini memang terpantau masih asli bawaan yang belum pernah diganti). Selebihnya hanya rutin mengganti Oli Mesin, dan sekali mengganti oli transmisi (sejak saya bawa). Kemudian yang untuk kampas rem sudah 2 kali saya ganti, perlu diingat rem adalah "Ruh" dari mobil Matic karena untuk urusan Engine Brake seperti langit dan bumi jika dibandingkan dengan mobil manual. Menurut saya masih normal karena memang medan tempuh saya pegunungan (kawasan wisata Telaga Ngebel-Ponorogo) sekaligus penghobi wisata landscape (Sahabat tahu sendirilah medannya). Soal harga spare part? masih sangat worth it. Pilihan kualitas suku cadang melimpah, sesuaikan dengan budget pribadi ya..masih aman kok....
Sosok yang Bandel dan family car
Penting akhirnya menyematkan 2 kata penilaian jujurly kepada my Beloved Car. Dibuat dan didedikasikan khusus untukmu Livina Matic 2010, sosok mobil yang bandel dan tentu saja mobil keluarga. Tidak berlebihan, karena selain nyaman akhirnya menemukan mobil yang mampu membuat mertua tidak pernah masuk angin lagi jika diajak berkendara dalam jarak yang cukup jauh (Meski sebagian orang bilang AC Livina di bagian depan bisa bikin masuk angin). Menariknya lagi, ibunya anak-anak juga mulai berani berkendara sendiri tanpa saya temani. Meski dibilang masih debutan dalam pengalaman berkendara R4 tapi cukup membuat saya feel safe jika harus melepasnya berkendara sendiri ke tempat kerja maupun ke kota.Â
Disclaimer:Â