Banyak narasi mudah ditemukan melalui peramban internet pun tersebar sedemikian meriahnya pada group-group media sosial yang menggambarkan betapa luar biasa helatan Muktamar Muhammadiyah ke- 48 di Surakarta. Meski sempat tertunda hampir 2 tahun karena Pandemi, pelaksanaan setiap tahapan Muktamar tetap mampu dihadirkan dengan penuh khidmat.
Bisa jadi bagi Muhammadiyah, gelaran sidang-sidang yang dilaksanakan secara hybrid (sebagian peserta datang langsung dan sebagian datang secara virtual melalui platform daring) baru terjadi pada Muktamar kali ini. Tidak kalah menggembirakan, setelah terjadi proses pemilihan 13 Formatur Pimpinan Pusat komposisi Ketua Umum dan Sekretaris Umum tidak berubah dari Periode sebelumnya. Pak Haedar dan Pak Abdul Mu’ti kembali terpilih untuk Periode kedua kepemimpinan beliau berdua di PP Muhammadiyah (2022 – 2027). Menariknya, ada beberapa nama baru yang muncul di komposisi 13 PP Muhammadiyah dan oleh beberapa pihak sering disebut sebagai Fresh Blood (Darah Segar).
Satu diantara “pendatang” baru yang sudah tidak asing bagi para pegiat Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) adalah Prof. Hilman Latief yang selain menjabat Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kemenag RI beliau juga merupakan Penasihat Ahli Lazismu.
Kita bergeser sejenak untuk menyimak tahapan selanjutnya setelah Muktamar yaitu Musyawarah Wilayah (Musywil) ke 16 Muhammadiyah Jawa Timur yang akan dilaksanakan pada tanggal 24 s.d 25 Desember 2022 bertempat di Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Sekilas tentu muncul tanda tanya besar kenapa event sebesar Musywil justru ditempatkan di kota Ponorogo yang secara geografis “tidak cukup menguntungkan”. Apalagi berkaca pada pelaksanaan Musywil sebelumnya momentum lima tahunan ini dipastikan akan selalu mampu menghadirkan konsentrasi massa dalam jumlah besar.
Selain peserta (Musyawirin) Musywil Muhammadiyah juga bakal dihadiri para Penggembira yang berasal dari seluruh Kabupaten/Kecamatan yang ada di Jawa Timur meskipun tidak menutup kemungkinan event ini menyedot atensi masyarakat dari luar Jatim untuk ikut hadir. Mungkin wilayah Ponorogo tidak seluas kota-kota lain di Jatim, namun sepertinya Panitia Pelaksana (Panpel) setempat optimis dengan peran serta banyak pihak gelaran ini akan mampu terlaksana dengan baik.
Terlepas dari mitigasi atas berbagai kemungkinan kendala dan hambatan yang mengemuka, Ponorogo sepertinya telah memiliki cukup “kenangan manis” pada saat dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggaraan event level Nasional di Muhammadiyah. Sejarah tahun 1969 bercerita jika pembahasan Khittah Muhammadiyah pernah dilaksanakan di Kota Reyog. Bahkan, Khittah Ponorogo menjadi yang pertama dilakukan dalam hal pembahasan mengenai Politik. Getolnya upaya beberapa pihak untuk menarik Muhammadiyah masuk kedalam gerakan Politik praktis menyebabkan Muhammadiyah dalam Sidang Tanwir yang dilaksanakan di Ponorogo membahas khusus batasan jelas Muhammadiyah dan Politik, lahirlah Khittah Ponorogo.
Selain itu, dengan gamblang Pak Tamhid selaku Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (PWM Jatim) pada saat melakukan checking kesiapan Panlok menjelaskan bahwa salah satu alasan dipilihnya Ponorogo sebagai Tuan Rumah Musywil karena dipandang sebagai Kabupaten dengan jumlah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang banyak dan besar. Meski demikian, tentu bahkan perlu puluhan alasan dalam memutuskan penunjukan satu daerah sebagai Tuan Rumah Musywil.
Diperkirakan ribuan orang akan hadir dan menyemarakkan pelaksanaan Muywil Muhammadiyah Jatim ke 16 di Ponorogo. Jika dirunut kembali, Jawa Timur memang menjadi salah satu PWM yang spesial. Setidaknya 3 nama yang diusung PWM Jatim pada saat Muktamar ke-48 di Solo berhasil mendapatkan amanah seluruh Muktamirin sehingga masuk dalam jajaran 13 Pimpinan Pusat, beliau adalah Pak Muhadjir Effendi, Pak Saad Ibrahim dan Pak Syafiq A Mughni. Terlebih lagi, militansi warga Muhammadiyah Jawa Timur juga sangat luar biasa dan bahkan bisa disebut diatas rata-rata.
Maka rasanya jika beberapa pihak memprediksi akan hadir 5000 orang, dalam hati saya meyakini lebih dan bahkan 10 ribu orang itu bukan angka yang mustahil. Muhammadiyah Jawa Timur akan selalu menghadirkan “kejutan”, satu diantaranya adalah dengan dicanangkannya target capaian pengelolaan Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS) oleh LAZISMU Jatim 1 Trilyun (semoga tahun 2023 dapat tercapai).
Dalam Musywil kali ini juga akan dilakukan pemilihan 13 orang Pimpinan yang akan mengemban amanah sebagai PWM Jatim Periode 2022-2027. Sudah barang tentu kita perlu “bercermin” dari keteduhan dan ke khidmatan pelaksanaan Muktamar untuk di implementasikan full pada pelaksanaan Musywil Muhammadiyah Jatim di Ponorogo. Mulai dari proses pemilihan sampai dengan proses penetapan Pimpinan, semoga Muhammadiyah Jatim kembali mampu “melahirkan” tokoh-tokoh level Nasional sehingga Sang Surya tetap “bersinar” dari Timur.