Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Eksekusi Mati Koruptor

7 November 2014   23:35 Diperbarui: 12 Mei 2016   14:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam itu begitu senyap. Aku masih terjaga di balik dashboard mobil operasional kami. Hery berada di balik kemudi avanza black. Sungguh pengintaian ini sangat melelahkan. Kami harus bergerak sesuai perintah komandan. Selaku pemimpin operasi. Waktu menunjukkan pukul dua dinihari. Masih belum ada tanda-tanda tim keluar dari rumah aman itu. Tiba-tiba pintu gerbang itu terbuka dan terlihat tim kami dengan pakaian hitam-hitam seperti pasukan khusus anti terror hanya saja tanpa senjata. Merekatertutup dengan penutup kepala serba hitam mengawal seorang tahanan yang kepalanya dibungkus kain hitam pula. Tahanan itu mengenakan pakaian formal lengkap dengan dasi dan jas abu-abu. Aku pun bersiap-siap membukakan pintu belakang untuk “tamu” khusus itu. Tidak sampai dua menit kami langsung bergerak menuju rumah aman berikutnya. Sepanjang perjalanan suasana di dalam mobil hening. Hanya sesekali terdengar deheman sopir dan aku sendiri. Tahanan ini kok tenang sekali? Apa jangan-jangan mulutnya dibungkam dengan lakban atau sjenisnya? Entahlah pikirku. Akhirnya kurang dari satu jam kami tiba di rumah aman di kawasan elit Jakarta Selatan. Rumah besar yang megah diantara rumah megah lainnya. Jadi tidak tampak mencurigakan. Waktu mendekati Subuh. Tahanan di kawal empat orangdengan seragam hitam ke dalam rumah. Kami punya waktu istirahat akhirnya. Aku dan Hery merasa sedikit lega dan kami akan santai sejenak di rumah ini sampai waktu yang ditentukan atasan kami. Aku duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi hitam sementara Hery sambil merokok. Aku membayangkan apa yang akan dilakukan tim itu terhadap tawanannya. Ya aku baru bertugas di tim ini. Tim rahasia yang sangat dalam. Aku baru enam bulan dalam satuan ini. Sebelumnya aku hanya staff biasa. Lalu setelah satuan anti korupsi ini dibentuk, aku direkrut secara rahasia. Sebelum menjelaskan apa dan bagaimana organisasi ini terbentuk, aku akan sedikit menjelaskan siapa aku.

Namaku Alexander Yunior, walaupun aku bukan lagi yunior ya apalah arti sebuah nama kan. Sudah tiga tahun aku bekerja sebagai staff di Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) tak perlu kujelaskan panjang lebar. Dari namanya saja sudah jelas. Aku bekerja sebagai staff di direktorat pengolahan informasi dan data. Sehari-hari aku mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan data dan informasi. Menganalisa dan mengumpulkan informasi untuk kepentingan pemberantasan tindak pidana korupsi. Aku lebih banyak bekerja di belakang meja. Sampai lima bulan yang lalu aku mendapat panggilan dari direktur untuk menjalankan tes. Cukup mengagetkanku karena tiba-tiba aku mendapat e mail untuk menghadap direktur dan mendapat briefing singkat. Dan aku menjawab ya lalu ada beberapa instruksi yang harus aku lakukan selama tiga minggu. Mulai dari mengisi form tes, psiko tes, sampai tes kebohongan dengan lie detector yang seumur hidup baru aku lihat bentuk aslinya dan sangat canggih dari yang pernah kubayangkan. Dan ya seperti yang aku sebutkan pada awal-awal cerita, satuan ini bersifat sangat rahasia. Bahkan tidak ada satupun yang mendengar walaupun sekedar gossip di lingkungan kantor. Ya satuan ini tidak pernah ada! Secara resmi. Yang mengetahui hanya direktur dan beberapa deputinya. Tugas ini, begitu aku mendapat informasi terakhir sebelum resmi menjalankan tugas di satuan ini membuat perutku mual, keringat dingin, hampir tidak percaya. Mengapa?

Akan kujelaskan kalau nama satuan ini adalah Tim Eksekusi Koruptor! Ya eksekusi! Artinya koruptor akan masuk dalam scenario yang berakhir dengan kematian yang seolah-olah kecelakaan atau terkadang terbentuk opini bahwa koruptor ini dibunuh oleh pembunuh bayaran dengan sangat “bersih”. Tim ini hanya terdiri dari dua puluh lima personil yang dipimpin oleh seorang komandan eks kopassus. Tentunya rahasia. Aku tidak tau siapa saja anggota tim ini sampai hari tugas tiba. Perekrutan ini sangat selektif bukan hanya dari orang KPK sendiri. Mantan kopassus pun direkrut. Berarti ini pekerjaan yang extremely serious. Di atas serius. Entah apa yang ada di pikiran pencetus tim ini. Apakah ini hasil dari ke frustrasian mereka untuk menindak koruptor atau ini ternyata karena dukungan bahwa koruptor lebih pantas di hukum mati. Mengenai metode eksekusi ini, membutuhkan proses yang tidak cepat. Koruptor akan di wawancara dan dibuat mengakui tindakannya dengan beberapa cara ekstrim diantaranya ancaman terhadap keluarga, sampai water boarding. Semua ini ditangani oleh orang-orang professional. Dan aku bertugas di bagian keamanan. Tugasku mengamankan lokasi tempat tawanan di eksekusi. Memastikan area rumah aman benar-benar aman.mungkin karena pembawaan tenang dalam diriku yang membuat aku terpilih menjadi bagian tim ini. Jadi aku tidak tau sama sekali persisnya yang terjadi di dalam rumah pesakitan itu. Terakhir kudengar koruptor yang dieksekusi mati mengalami kecelakaan di puncak bogor akibat racun yang terdapat di dalam system air conditioning mobilnya. Dan tim forensic polisi tidak dapat mendeteksi jenis racun tersebut. Hanya kecelakaan akibat mengantuk. Sehari sesudahnya muncul video pengakuannya di youtube bahwa orang itu telah melakukan korupsi danadalam kasus Bank Mercury yang sudah dua tahun proses hukumnya akhirnya selesai dengan tragedy puncak itu. Semua bukti sudah lengkap. Kasus di tutup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun