Suatu ketika jauh sebelum pandemi melanda dunia, saya untuk pertama kalinya menggunakan salah satu aplikasi besutan google yang jarang digunakan saat itu. Yaitu google classroom.Â
Aplikasi ini sederhana yang berfungsi untuk membuat materi pembelajaran yang mana kita harus registrasi dahulu tentunya sudah ada akun gmail maka semuanya mudah. Saya menggunakan aplikasi ini yang role nya sebagai teacher lalu mengundang para murid dengan syarat sudah punya akun google atau gmail. Â
Setelah saya buat kelas maka siswa akan terpantau ketika guru membuat materi atau tugas. Lengkap dengan tenggat waktu mengumpulkan tugasnya. Jadi guru bisa melihat siapa saja murid yang sudah mengumpulkan atau belum. Selain itu disana guru dan siswa bisa diskusi di kolom komentar. Jadi semacam forum.Â
Kendala pertama saya ketika itu ternyata sebagian besar siswa masih kebingungan dalam cara mengirimkan tugas di classroom. Sampai-sampai saya harus membuat tutorial kilat cara mengirim tugas di GC (google classroom). Perkara cara mengirim tugas ini saja siswa masih kebingungan. Padahal mereka sangat lincah dalam sosial media.Â
Di sini saya sebagai guru berpikir bahwa ternyata pemanfaatan internet di Indonesia masih kurang optimal. Observasi singkat saya mengatakan bahwa anak-anak kita masih memperlakukan internet hanya sebagai mainan.Â
Umumnya untuk bermain game dan sosial media. Nyaris tidak ada yang suka membaca artikel misalnya. Atau membaca berita online. Padahal disana banyak informasi menarik dan dapat menambah wawasan anak-anak kita.Â
Belum lagi di masa awal pandemi bukan hanya anak-anak kita saja yang masih bisa dibilang gaptek. Para guru dan orangtuapun begitu. Kebanyakan dari kita cuma tahu menggunakan sosial media.Â
Padahal buanyak sekali manfaat internet. Dan momen pandemi inilah puncaknya. Membuat kita semua membuka mata dan pikiran lebih lebar lagi. Tantangan sebagai guru semakin besar lagi. Tidak semua dari para pendidik yang mahir dengan teknologi informasi ini. Belum dimanfaatkan secara baik dan tepat.
Peran guru bukan hanya mampu memberikan materi atau transfer of knowledge saja. Tapi bagaimana guru harus memacu diri sendiri untuk belajar hal baru. Meng up-grade diri menjadi lebih baik. Mempelajari dalam hal ini teknologi informasi yang semakin cepat mengalami update.Â
Bukan hanya tugas guru TIK tapi semua guru harus mampu memanfaatkan teknologi informasi ini. Berbagi pengalaman pribadi apabila kita melihat ada rekan seprofesi lain yang kesulitan dalam memanfaatkan teknologi informasi.Â
Sebagai guru TIK jadinya mengajar anak didik dan "rekan didik" murid dewasa walaupun saya tidak ingin dianggap paling baik. Setidaknya sebagai guru TIK bisa memberikan manfaat bagi orang di sekitarnya.Â