Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Membangun Kecerdasan Emosional Anda

5 September 2020   15:08 Diperbarui: 5 September 2020   15:21 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Dan ini salah satu keterampilan yang harus selalu dilatih. Mengenal emosi orang lain dan diri kita sendiri. Ini pernah saya alami. 

Saat di kantor kita sering bercanda, bersenda gurau untuk memecahkan suasana agar lebih segar dan semangat dalam bekerja. Sesama rekan kerja  kita. Namun ada saat tertentu ketika salah satu rekan kita sedang tidak bahagia. Atau paling tidak kita bisa lihat dari raut wajahnya yang tidak ceria. Seperti ada yang salah. 

Di saat inilah pentingnya kita menjaga emosi diri sendiri. Entah kenapa saya tahu saja saat seseorang itu sedang tidak mood untuk diajak bercanda. Niat awal ingin menegur dengan candaan mendadak hilang dari pikiran saya ketika itu. Dan mengganti dengan sapaan lain yang santai dan terlihat biasa saja. Sekedar tidak ingin mengganggu apapun yang sedang mengganggu pikirannya. Ini perlu latihan. Tau kapan harus serius, kapan bisa lebih santai.

Terimalah  bahwa tidak semua emosi harus memiliki arti

Sama seperti, tidak  semua mimpi saat tidur itu memiliki arti khusus. Hanya sekedar bunga tidur dan hasil dari residu memori saat kita sadar. Terkadang kita hanya merasa marah atau jengkel tanpa sebab. Seperti itu wujud dari emosi yang tidak memiliki arti. 

Atau saat baru bangun tidur. Anda merasa seperti sampah. Mungkin akibat telat tidur. Emosi seperti itu hanya akibat dari kurangnya istirahat saja. Segera kita singkirkan dan cobalah untuk sedikit rileks. Tarik nafas perlahan buang pelan-pelan. Bisa membantu meredakan emosi. Cobalah. Tidak ada ruginya kan.

Identifikasi kapan nol respon menjadi respon terbaik

Maksudnya kita harus tahu kapan saatnya untuk tidak merespon sesuatu menjadi hal baik yang dilakukan. Misalnya tidak tertawa saat melihat rekan kerja kita terpeleset akibat lantai yang masih basah. Padahal jelas terlihat lantai itu basah. Alih-alih kita mencoba membantunya berdiri tanpa berkata apa-apa mungkin menjadi respon terbaik saat itu. 

Lagi-lagi kemampuan ini harus dilatih terus menerus. Tahu kapan harus memberikan respon atau tidak. Tahu kapan jika Anda memberikan respon justru akan memperburuk situasi. Semua kecerdasan emosional ini berkaitan erat dengan kecerdasan sosial. Bagaimana seseorang dengan kecerdasan emosionalnya mampu memberikan manfaat dengan sekitarnya. 

Biasanya tipe orang ini sangat disukai orang sekitarnya tanpa terlihat sengaja dilakukan. Itu tadi, karena latihan yang kontinyu maka semua itu akan terlihat natural. Pasti ada orang dengan pribadi menyenangkan ini di sekitar kita. Atau Anda hanya belum menyadarinya. Semoga membantu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun