Difference is power.
Difference is excellence.
Perbedaan adalah kekuatan. Perbedaan adalah keunggulan. Berbeda akan membuat orang dikenal. Dengan berbeda, ia akan ada, eksis. Jika Rene Descartes (Bapak Rasionalisme) berujar: “Cogito ergosum” (aku berpikir maka aku ada), maka seorang achiever (pemburu prestasi) akan berkata, “Aku berbeda maka aku ada.”
Jika engkau telah memiliki perbedaan, maka jangan cemaskan persaingan jenis apa pun, di mana pun. Persaingan hanya terjadi pada sesuatu yang sama. Jika engkau termasuk yang takut terhadap persaingan, maka berbedalah… Karena dengan perbedaan yang kaumiliki berarti engkau tidak sedang dalam persaingan. Perbedaan adalah keunggulan tanpa sebuah persaingan. Dan keunggulan hanya milik orang yang siap berbeda dari kebanyakan orang.
Dalam mencari life meaning (makna hidup), semakin tinggi kualitas pencerahan seseorang, maka semakin besar pula dorongannya untuk mewujudkan visi. Semakin besar visi seseorang yang telah tercerahkan, maka semakin besar dan luas pula jangkauan manfaat yang ditimbulkannya. Semakin tinggi kualitas kesadaran seseorang untuk hidup bermakna, maka semakin tinggi pula risiko hidup yang akan siap ia hadapi.
Dan… semakin tinggi kualitas nilai yang ia perjuangkan, maka semakin tak berarti apa-apa dunia ini dan segala isinya. Kenikmatan dan ancaman duniawi sama-sama tidak bermakna di matanya. Keduanya hanya akan berada di bawah telapak kakinya. Sebab, yang ia cari dan perjuangkan bukan lagi sesuatu yang terindera, melainkan “eksistensi” dirinya di hadapan Tuhan. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mau hidup dan siap berbeda dari manusia kebanyakan…
Mengapa seorang Mukmun harus meyakini Hari Akhir? Karena Hari Akhir adalah sebuah visi yang sangat jauh, tidak ada yang lebih jauh darinya. Ketika seseorang bervisi sangat jauh, pikirannya tidak akan terkungkung oleh sesuatu yang sangat dekat. Dengan menuju yang sangat jauh, maka yang yang dekat akan terlampaui. Dunia sendiri artinya adalah sesuatu yang paling dekat atau paling rendah –(dunia diambil dari kata bahasa Arab –dunya– yang merupakan bentuk isim tafdhil muannats yang bermakna superlatif, yang berarati paling dekat, atau paling rendah, atau paling hina).
Itu artinya seorang Mukmin harus berbeda dengan kebanyakan orang yang hanya bisa melihat sesuatu yang dekat, dan hanya berkutat dengan sesuatu yang rendah. Dalam konsep dasarnya, seorang Mukmin sudah didesain untuk menjadi seorang visioner, memiliki gambaran masa depan yang sangat jauh dan bernilai adiluhung. Dan sejarah telah mencatat banyak figur Mukmin yang mempersembahkan hidup dan nyawanya untuk meraih highest meaning dalam hidup: keridhaan Allah Swt. Tindakan ini takkan muncul kecuali dari pribadi-pribadi yang visioner, yang sangat berbeda dari manusia kebanyakan.
Karena itulah, secara konseptual, seorang Mukmin adalah manusia unggul, ekselen, dan ideal. Secara das sollen (seharusnya) seorang Mukmin adalah sosok terbaik. Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa seorang Mukmin itu hanyalah orang yang lebih baik dari seribu orang lainnya. Ketika seseorang telah lebih baik dari 1000 orang, maka barulah ia menjadi Mukmin yang dikehendaki-Nya. Itu jelas sangat tidak mudah. Namun itu harus selalu diupayakan oleh setiap Muslim. Dan hanya orang-orang yang berbedalah, yang bisa meraih keunggulan tersebut. Seorang Muslim adalah sosok visioner…
Berpikir seperti yang dipikirkan oleh manusia kebanyakan, itu tidak aneh. Sebab, cara berpikir yang standar itu bahkan sudah menjadi naluri alamiah yang telah Allah fitrahkan. Cara melihat sesuatu dengan cara pandang yang orang-orang kebanyakan miliki, juga biasa saja. Bahkan tidak jarang, cara pandang seperti itu justru mencelakakan dirinya sendiri, dan menyesatkan.
Membicarakan sesuatu seperti yang dibicarakan oleh mereka, bukanlah sebuah keunggulan. Sebab, tidak diupayakan dengan kerja keras pun hal itu bisa kita lakukan. Berbicara dan berkomentar, jelas menunjukkan kualitas dan nilai seseorang.
Mengerjakan sesuatu yang sudah lazim dilakukan oleh kebanyakan orang, bukanlah kebanggaan. Mengambil keputusan hidup yang biasa diambil oleh mereka, juga bukan sesuatu yang sulit –jadi, itu juga bukan keunggulan.