Suatu pagi yang cerah di Kota Tangerang, Hani berjalan menuju stasiun kereta. Dia terengah-engah karena terlambat dan harus segera naik kereta menuju kantornya di pusat kota. Di dalam hatinya, Hani merasa lelah dengan hiruk pikuk kota besar seperti Tangerang ini. Bising, ramai, dan hanya terlihat beton dan gedung-gedung tinggi yang tak pernah berhenti tumbuh.
Saat Hani mencoba menenangkan diri dan menatap langit biru, matanya tertuju pada seorang pria yang berdiri di sudut jalan. Pria itu tampak terasing dari keramaian kota, seolah-olah ia adalah orang asing yang baru saja tiba di Tangerang. Rambutnya hitam keriting dan matanya cokelat penuh kehangatan. Ada aura yang
berbeda dari pria itu, dan itu membuat Hani penasaran.
Tanpa berpikir dua kali, Hani mendekati pria itu. "Halo, apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu juga merasa jenuh dengan suasana kota?" tanya Hani dengan wajah ramah.
Pria itu tersenyum lebar. "Halo, aku adalah Lucas. Aku juga baru tiba di Tangerang. Betapa beruntungnya bisa bertemu dengan seseorang yang merasa seperti aku."
Hani dan Lucas mulai mengobrol dan merasa kecocokan satu sama lain. Mereka berbicara tentang impian, keinginan, dan ketidakbahagiaan yang mereka rasakan di Tangerang. Saling mendengarkan, mereka tahu bahwa mereka telah menemukan
seseorang yang mengerti kesendirian mereka di tengah hiruk pikuk kota ini.
Bulan demi bulan pun berlalu dan Hani serta Lucas semakin dekat. Mereka menghabiskan waktu bersama menjelajahi sudut-sudut kota yang jarang diketahui orang. Mereka menemukan kedamaian di taman-taman kota yang masih asri dan juga restoran-restoran kecil yang menjual makanan lokal yang lezat.
Tapi, semakin lama mereka bersama, semakin Hani dan Lucas merasa tertekan dengan kehidupan yang hanya berputar di sekitar mereka. Mereka bosan dengan kebisingan, polusi, dan kehidupan yang terkekang oleh rutinitas yang membosankan.
Suatu malam, ketika mereka berteman dan
berjalan-jalan di sepanjang jalan raya yang ramai di Tangerang, Hani dan Lucas memutuskan untuk pergi meninggalkan kota ini. Mereka memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang jauh dari keramaian dan mendapatkan kedamaian yang mereka cari.
Mereka mencari tahu di mana mereka akan pergi dengan membaca buku dan mencari informasi tentang tempat-tempat yang indah di luar kota. Setelah beberapa minggu melakukan riset, mereka memutuskan untuk pergi ke Pulau Lombok. Mereka tergoda oleh keindahan pantai berpasir putih, samudera yang biru luas, dan keramahan penduduk di sana.
Hari yang dinantikan pun tiba. Hani dan Lucas pergi dari Tangerang dengan harapan baru dan semangat untuk
menemukan hidup yang lebih baik. Mereka meninggalkan segala sesuatu di belakang: pekerjaan yang membosankan, kebisingan kota besar, dan kehidupan yang membatasi.
Di Pulau Lombok, Hani dan Lucas menikmati hidup mereka dengan sederhana. Mereka tinggal di pondok kecil di tepi pantai, menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah, dan menjalani hidup dengan tenang dan damai. Tidak ada keramaian, hanya suara deburan ombak yang menenangkan.
Namun, meski hidup di Pulau Lombok sungguh menyenangkan, Hani merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Setiap hari, ketika dia berjalan-jalan di sepanjang pantai, dia mengingat Tangerang - tempat tempat dia dan Lucas
bertemu pertama kali. Dia merindukan bisingnya kota, keramaian, dan orang-orang yang dia kenal.
Saat Hani mengungkapkan perasaannya kepada Lucas, Lucas pun memiliki rindu yang sama. Meski mereka telah menemukan kedamaian di Pulau Lombok, mereka merindukan kehidupan yang telah mereka tinggalkan di Tangerang.
Akhirnya, setelah berbulan-bulan menjalani hidup tanpa keramaian dan kemewahan kota seperti Tangerang, Hani dan Lucas memutuskan untuk kembali ke kota yang mereka tinggalkan. Mereka tahu bahwa mereka mencintai kehidupan yang penuh dengan orang-orang dan kegembiraan.
Kembali di Tangerang, Hani dan Lucas melakukan perubahan dalam hidup
mereka. Mereka memutuskan untuk tidak terlalu terlibat dalam rutinitas yang membosankan dan menghargai setiap momen kehidupan mereka. Mereka juga memanfaatkan waktu luang mereka untuk menjelajahi tempat-tempat baru yang menarik dan menghabiskan waktu dengan teman-teman yang mereka cintai.
Hidup Hani dan Lucas di Tangerang tidak lagi menjadi neraka yang membosankan. Mereka menemukan keseimbangan yang tepat antara suasana kota yang bising dan ketenangan Pulau Lombok. Mereka menyadari bahwa kehidupan tidak selalu sempurna, tetapi mereka memilih untuk bersyukur dan mencintai perbedaan yang ada dalam hidup mereka.
Kisah mereka di antara bising Kota Tangerang dan kedamaian Pulau Lombok
menjadi sebuah pengingat bahwa hidup adalah tentang menemukan kebahagiaan dan menghadapi tantangan yang ada di depan. Dan dengan cinta dan kesabaran, kita bisa menemukan kedamaian di tengah kebisingan kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H