Secangkir kopi hangat nyaris dingin telah habis diminumnya, selinting rokok nyaris tinggal puntung masih diisapnya.
Bola mata pria itu masih nanar dan berkaca-kaca, sembari duduk berlama-lama memandangi makam Ibunya.
Entah sudah berapa jam lamanya Dia duduk di situ, dan baru beranjak pergi setelah Dia selesai berdoa untuk mendiang Ibunya.
Ibu yang selalu disayanginya, meski tak pernah Dia kenal sepanjang hidupnya, karena Ibunya telah tiada saat Dia lahir kandungan.
Asy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!