Mohon tunggu...
Ashilla Maharani
Ashilla Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

haiiii, perkenalkan saya adalah mahasiswa D4 Destinasi Pariwisata Universitas Airlangga. di Kompasiana, saya akan membagikan beberapa artikel yang bersangkutan dengan dunia pariwisata.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Isu di Balik Keindahan Pantai Coro, Tulungagung

11 Desember 2022   15:50 Diperbarui: 11 Desember 2022   15:53 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trek bebatuan yang harus dilalui untuk menuju ke pantai (dokpri)

Siapa yang tidak tahu bahwa Kabupaten Tulungagung yang terletak di Provinsi Jawa Timur ini sebenarnya menyimpan 1001 keindahan alam, mulai dari pegunungan, air terjun, persawahan hingga pantai, dan tidak semua pula sudah tersentuh oleh manusia apalagi pembangunan. Padahal, pembangunan fasilitas dan akses dinilai sangat penting bagi kemajuan pada bidang pariwisata nya. Salah satu contohnya adalah Pantai Coro. 

Pantai Coro adalah salah satu objek wisata bahari pantai yang terletak di Desa Besole, Kecamatan Besuki. Pantai ini termasuk dalam satu area dengan Pantai Popoh dan tiket masuk ke pantai ini dibandrol sekitar Rp 8.500 untuk per orangnya. Pantai coro menyuguhkan keindahan alam dengan pesona pasir putih yang sangat memanjakan mata. Wisatawan yang hobi hunting foto dan membuat video dapat mengexplore spot terbaik disini serta dapat dijadikan tempat camping bersama teman maupun keluarga. Pantai Coro ini sebenarnya sudah cukup terkenal dan sudah tersentuh oleh manusia, tetapi bagi orang awam pantai ini sebenarnya terbilang kurang friendly, mengapa demikian? 

Pada bulan November lalu, Saya dan teman-teman sempat mengunjungi Pantai Coro. Dikarenakan cuaca di Kabupaten Tulungagung tidak dapat diprediksi dan lebih sering hujan, pada awal bulan November, pesisir Kabupaten Tulungagung sempat dilanda bencana yaitu banjir bandang dan longsor yang menyebabkan beberapa pantai dan fasilitasnya harus ditutup. Hal ini juga berimbas pada Pantai Coro, karena sesampainya disana, pantai terbilang sangat kotor karena banyak ranting dan bebatuan yang ikut terseret ombak berada di tepian pantai dan tidak ada yang membersihkan. Selain itu, jalan akses menuju pantai ini harus kami tempuh berjalan kaki sejauh 1,5 km, jalanan terdiri dari bebatuan dan tanah, sehingga berlumpur di musim hujan seperti ini.

Trek bebatuan yang harus dilalui untuk menuju ke pantai (dokpri)
Trek bebatuan yang harus dilalui untuk menuju ke pantai (dokpri)

Dari permasalahan terkini, beberapa yang harusnya menjadi perhatian adalah fokus pada peningkatan fasilitas serta aksesibilitas. Pada fasilitas, diantaranya adalah sangat perlunya pembangunan daya tarik wisata seperti wahana aktivitas alam, fasilitas penjaga pantai serta papan penanda atau peringatan bagi wisatawan. Pada aksesibilitas tentunya adalah pembukaan serta pembangunan jalan baru yang beraspal agar dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat, sehingga memudahkan akses wisatawan menuju pantai.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun