Mohon tunggu...
Aro Genji
Aro Genji Mohon Tunggu... wiraswasta -

logis, kritis, dan optimis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kami Makan Nasi Tak Makan Semen #Saverembang

16 Maret 2015   21:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:33 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semarang (16/9), ratusan mahasiswa Universitas Negeri Semarang memadati PKMU dalam rangka diskusi tentang pendirian pabrik semen di daerah Rembang, Jawa Tengah. Acara yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Unnes (BEM) itu bertajuk “Kami Makan Nasi Tak Makan Semen”

Diawali dengan pemutaran film dokumenter “Samin vs Semen” yang menceritakan kondisi daerah sekitar rembang yang terkena dampak langsung dari pembangunan pabrik semen, juga berbagai testimoni dari warga sekitar pegunungan kendeng yang tidak setuju dengan rencana pembangunan pabrik semen tersebut.

Teriakan “hidup rakyat” terdengar lantang oleh Eksan selaku ketua panitia acara setelah pemutaran film “Samin vs Semen” selesai ditayangkan. Puisi tentang alam dan lingkungan menyambut Gunawan Budi Susanto  atau biasa dikenal dengan Kang Putu yang dalam kesempatan tersebut menjadi pembicara. Kang putu merupakan pegiat lingkungan asal blora yang konsen menolak pendirian pabrik semen di Rembang, dia juga dikenal sebagai budayawan dan termasuk wartawan senior suara merdeka.

Kang putu berbicara tentang bagaimana pentingnya tanah pertanian demi terwujudnya swasembada pangan di indonesia, menurutnya pembangunan pabrik di daerah pertanian dan potensi alam di pegunungan kendeng yang begitu besar dirasa kurang sesuai dengan cita-cita swasembada pangan. Dia juga menyoroti bagaimana nasib petani yang bahkan jauh dari sejahtera padahal kebutuhan primer manusia didapat dari sektor pertanian.

"272 hari ibu-ibu masih bertahan di tenda perjuangan yang didirikan di sekitar pintu masuk proyek pendirian pabrik semen di Rembang bahkan di fitnah sebagai gerwani, setiap malam melakukan tari-tarian dengan bertelanjang tubuh, apakah seorang ibu-ibu desa yang masih kental dengan asepk keagamaan terlebih di daerah sekitar itu banyak pondok pesantren melakukan hal-hal keji yang ada dipikiran mereka pun tak terlintas" ujar Kang Putu dengan penuh keyakinan. "Perlawanan yang dilakukan oleh warga sekitar murni dari keresahan mereka" tambahnya.

Diskusi berlangsung menarik dengan antusias peserta yang ingin ikut berbicara menyampaikan pendapatnya terkait pendirian pabrik semen di Rembang. "ini merupakan bentuk perlawanan dan pembelajaran untuk lebih mengerti mengapa masyarakat Rembang menolak pendirian pabrik semen" ujar Eksan sembari menutup acara diskusi malam itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun