Bangsa Indonesia sampai hari ini baru memiliki tujuh orang presiden. Yang pertama Bung Karno; disusul Pak Harto sebagai presiden yang kedua; dilanjutkan Pak Habibie selaku presiden yang ketiga. Kemudian Gus Bur presiden keempat yang diteruskan Bu Mega sebagai presiden kelima. Digantikan Pak Yudhoyono sebagai presiden keenam. Dan yang sekarang yang ada adalah presiden RI yang ke tujuh. Presiden Jokowi.
Rasanya mereka semua tidak pernah hilang dari kenangan indah Bangsa Indonesia dalam kesehariannya. Terutama wajah, gaya dan pesan mereka yang disampaikan selaku kepala negara kepada bangsa yang dipimpinnya. Untuk diketahui seluruh bangsa di dunia. Dan menjadi catatan abadi masing-masing pribadi yang dimiliki sejarah kehidupan yang berperadaban.
Kehadiran mereka walau hanya relatif sebentar dan sedikit, pasti punya arti yang meninggalkan keteladanan bagi kehidupan bangsanya.
Berikut disampaikan salah satu bentuk kenangan yang bisa dituliskan adalah pidato-pidatonya.
Bung Karno.
Dalam pidato-pidatonya senantiasa mengajak bangsanya menjadi bangsa pemberani yang gemblengan. Mengingat demikian hebat bahaya yang dihadapinya. Baik dari luar maupun dari dalam negeri sendiri. ”Ini dadaku! Mana dadamu?!” Selalu ditanamkan didalam jiwa bangsa Indonesia yang menghadapi neokolonialisme-imperialisme yang secara sembunyi-sembunyi selalu berusaha ingin melemahkan dan memengaruhi NKRI dengan merongrong kedaulatannya.
Pak Harto.
Tampil dengan perkasa dengan berbekal jimat super-semar. Pidatonya seakan-akan selalu mengingatkan mereka yang punya niat memusuhi NKRI agar berhati-hati. Pasti akan dihabisi semua. Paling tidak pasti “digebuki.”
Tiji tibeh,adalah semboyan tekad beliau yang menakutkan untuk menghadapi lawan-lawan politiknya. Tiji tibeh itu singkatan kalimat dalam bahasa jawa, mati siji mati kabeh.
Terjemahan dalam bahasa Indonesianya adalah matisatu mati semua. Atau yang bisa berarti, kalau ada yang mati satu, semuanya pasti akan ikut mati.
Pak Habibie.