Kisah Cinta Jamaah Masjid Al Iman, Gondokusuman Yogyakarta. Ini dimulai Setiap Magrib dan Isya. Ketika semua beranjak dari Aktivitas. Sore menuju Petang, semua bergegas menuju rumah. Ada pula yang masih dijalan, berkeringat untuk mencari secercah Harapan.
Ini dimulai saat Aku Bergegas Ke Masjid untuk Melaksanakan Sholat Magrib. Semua tanpa normal seperti biasanya. Namun saat itu Aku sedikit tertunda dan gelisah, Aku terkesan dengan sosok Perempuan yang mengenakan Mukena Merah yang membuat suasana Hati Rileks dan Nyaman ketika melihatnya.Â
Magrib itu menjadi awal pertemuan, namun hanya sekali tatap saja. Saya takutnya akan berdampak terhadap ketitik fokus ibadah. Hanya sampai disitu saja, kita kembali pada atensi bahwasanya tujuan untuk ibadah kepada Tuhan bukan untuk ke siapa. Pertemuan yang tak segaja itu saya anggap takdir dari Tuhan. Dengan siapa kita akan bertemu dan bagaimana suasananya.
Entahlah semua itu hanya refleksi saja, bukan berniat apapun. Sampai ketika kisah aku dan Perempuan Mukenah Merah itu dimasuki oleh Seorang Perempuan yang Bermukena biru muda. Setiap saya bertemu selalu menundukkan pandangan, begitu sebaliknya saya juga tapi sedikit intip. Saya saya kembali ke kosan, saya merenung. Apakah ini kisah Cinta dua Cinta, namun lucunya sampai saat ini namanya pun saya tidak ketahui. Begitupun sebaliknya, pasti dia juga belum tau nama saya.
Pikiran saya untuk apa dia mau tau nama saya, ha...
Namun seiring berjalannya waktu. Kisah ini masih saja terus terjadi, layaknya kisah Indah, tapi lagi-lagi Perempuan Bermukena itu hanya ada dalam Khalayan saja untuk bisa mengetahui namanya atau orang mana.
Tapi aku bersyukur atas kesejukannya yang diberikan, ini membuat keadaan semakin Indah, bertemu Tuhan dipertemukan ciptaan Tuhan yang Paling Indah. Akan tetapi cerita ku dengan Perempuan Bermukena Merah itu semakin lucu dan menggemaskan. Saat itu saya sedikit terlambat ke masjid untuk menunaikan Ibadah Isya. Tak sengaja diperjalanan, dia langsung menengok ke saya dan sedikit tersenyum dan langsung mempercepat jalannya.Â
Saya juga tidak tau, tapi syukurlah senyum itu terlalu manis untuk ku lihat sekejap saja. Ucap ku Kepada yang Menciptakannya semoga kelak saya bisa mengetahui namanya. Agar tak ada keindahan dalam Khalayan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H