Mohon tunggu...
Akmal Ashar
Akmal Ashar Mohon Tunggu... -

belajar, berbagi, bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Inikah senjakala Lembaga Kemahasiswaan Kita?

17 Januari 2016   09:12 Diperbarui: 17 Januari 2016   11:36 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini lembaga kemahasiswaan seperti kapal yang kian dekat dengan akhir hayatnya, semakin lembaga kemahasiswaan semakin sulit melahirkam kader-kader yang kritis dan militan. 

Faktor-faktornya sebagaimnana yang telah kita ketahui bersama, yang pertama menjamurnya lembaga-lembaga di kampus yang lebih menarik dan menjanjikan prestasi serta masa depan yang kelihatan lebih cerah dibandingkan mengahabiskan waktu mengabdi di lembaga kemahasiswaan. Ini membawa konsekuensi logis sulitnya meyakinkan calon kader tentang tujuan-tujuan lembaga kemahasiswaan. Perebutan kader yang berujung sentimen negatif terhadap lembaga kemahasiswaan akhirnya tak dapat dihindarkan. 

Kedua, kondisi kampus yang memerlukan sarjana-sarjana yang lahir secepat mungkin demi menyokong kebutuhan industri akan buruh-buruh berkemampuan diatas rata-rata sehingga melibatkan diri dalam lembaga kemahasiswaan hanya akan menghambat dan menyumbat laju produksi tenaga kerja terampil murah. Tak ada pengembangan keilmuan untuk kepentingan masyarakat apalagi pengabdian masyarakat, KKN saja sudah cukup. Kampus tak membutuhkan hal-hal semacam itu. Begitu juga lembaga kemahasisswaan. 

Akibatnya sudah jelas, kampus selalu siap sedia dengan aturan-aturan yang memberatkan lembaga kemahasiswaan. Aturan jam malam, larangan pengkaderan, kekerasan akademik kepada mahasiswa yang kritis dan mengancam kepentingan kampus. Maka siapa yang tak bimbang hatinya jika dihadapkan pada ancaman DO dan keinginan membahagiakan orang tua ketika melihat anaknya bertoga ? 

Ketiga, kondisi internal lembaga kemahasiswaan sendiri tak kunjung menemukan jalannya sejak reformasi. Perploncoan yang tak manusiawi terus saja dilestarikan dengan alasan budaya, tradisi keilmuan yang terlupakan dan tak berkembang, proses kaderisasi (pendidikan) miskin metode menjadi masalah yang tak kunjung selesai. Atau mungkin belum juga dianggap sebagai masalah. 

Harus diakui, protes, kajian isu-isu strategis, aksi massa, pamflet propaganda hingga mimbar-mibar orasi dijaman ini sebagiannya tinggal kenangan. Termasuk juga lembaga kemahasiswaan. Yang tersisa, surat-surat administrasi,  kegiatan nihil makna, dan senior-senior sok kuasa yang miskin moral dan kadang tak tahu tata krama. 

Tahun telah berganti. 

Inikah senjakala lembaga kemahasiswaan kita ?

 

Dilihami dari tulisan Bre Redana  HYPERLINK "http://print.kompas.com/baca/2015/12/27/Inikah-Senjakala-Kami" http://print.kompas.com/baca/2015/12/27/Inikah-Senjakala-Kami 

 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun