Mohon tunggu...
Ayu Safira Aditya
Ayu Safira Aditya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hobi jepret-jepret. My Twitter: @AShafiraditya d(^_^)b

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Asyik Lewat Komik

26 Oktober 2012   13:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:22 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_220191" align="alignnone" width="627" caption="beberapa komik saya"][/caption]

“Komik tuh asyik”, komentar singkat salah seorang teman saya yg menggilai komik. Sebagai penyuka komik, saya tentu setuju dengan pendapat tersebut. Selain asyik dibaca dan menghibur, bagi saya komik juga memberikan banyak wawasan dengan cara yang menyenangkan. Bahkan minat baca saya tumbuh gara-gara komik. Saya mulai menjadi penikmat komik di tahun pertama saya duduk di bangku sekolah dasar. Bagi anak-anak seusia saya waktu itu, tentu membosankan jika disuruh membaca buku yang penuh tulisan dan minim gambar. Di situlah letak daya tarik komik. Tiap halaman penuh dengan gambar yang kronologis, membuat saya penasaran ingin mengetahui keseluruhan ceritanya.

Komik pertama yang saya baca adalah serial Paman Gober atau Uncle Scrooge dalam versi bahasa inggrisnya. Ceritanya yang ringan dan lucu membuat saya ketagihan ingin mengetahui kisah-kisah lainnya. Oleh karena rasa penasaran, kecepatan membaca saya jadi bertambah. Secara tidak sadar saya belajar memperlancar cara membaca dan kosa kata pun juga ikut bertambah. Pengetahuan juga ikut bertambah karena terkadang ceritanya bertema sains, sehingga ada istilah-istilah sains di dalamnya yang membuat saya bertanya dan mencari arti dari istilah-istilah itu. Karena orang tua melihat adanya manfaat yang saya peroleh melalui komik, mereka semakin tidak keberatan membelikan komik.

[caption id="attachment_220198" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: deviantart.com"]

13512595711639838155
13512595711639838155
[/caption]

Dua tahun kemudian barulah saya mulai tertarik membaca manga atau komik jepang. Awalnya karena suka nonton serial-serial anime di televisi yang saat itu benar-benar membanjir. Penggambaran tokoh yang apik dan khas serta ceritanya yang imajinatif menjadi daya tarik komik-komik jepang. Saat itu beberapa teman saya yang perempuan juga menyukai Serial Cantik dengan alasan gambarnya bagus-bagus, tapi saya tidak begitu tertarik karena cerita yang ditawarkan kurang menarik minat saya. Selaingambar dan cerita, yang menjadi daya tarik lainnya adalah kostum. Kostum-kostum yang dipakai para tokoh-tokoh komik jepang juga sangat atraktif, terutama yang genre ceritanya fantasi. Genre komik yang menjadi favorit saya adalah misteri (bukan horor), seperti Detektif Conan yang sampai sekarang masih saya ikuti ceritanya. Walaupun bercerita mengenai kasus-kasus kriminal, serial-serial detektif pada umumnya memiliki konten pengetahuan real yang lebih, seperti sains, sastra, sejarah, dan sebagainya. Tentunya wawasan bisa bertambah.

Ada satu hal menarik yang saya temukan soal membaca komik ketika saya ngobrol-ngobrol dengan teman-teman saya yang suka komik, yaitu kebanyakan dari mereka jago menggambar. Dan mereka menganggap hal itu merupakan efek dari membaca komik. Mungkin karena sudah sering melihat gambar-gambar yang ada di komik lama-lama jadi hafal ya. Selain jadi jago menggambar, imajinasi pun ikut terasah. Lama-lama bisa bikin komik sendiri deh :). Para komikus pun awalnya juga begitu. Mereka memulainya dari kecintaan mereka terhadap komik. Meski kebanyakan penyuka komik jago menggambar, sepertinya saya tidak termasuk dalam kategori tersebut. Mungkin saja karena saya lebih fokus menikmati ceritanya :).

Dalam komik juga terkandung unsur budaya di mana komik itu berasal, sehingga komik juga bisa dijadikan sarana mempelajari budaya. Karena itulah komik juga bisa menjadi media publikasi suatu budaya. Sama halnya dengan jepang yang memiliki manga, indonesia juga punya komiknya sendiri. Komik-komik buatan indonesia yang menurut saya menarik adalah Garudayana. Style gambar yang digunakan memang style manga, tetapi ceritanya asli Indonesia dan kental sekali dengan budaya Indonesia karena temanya diangkat dari dunia pewayangan yang mengambil setting Mahabharata namun sedikit dimodifikasi. Sang pembuat Garudayana, yaitu Is Yuniarto membuat komik ini dengan tujuan agar komik Indonesia bisa dikenal dan juga lokal konten Indonesia bisa terangkat. Selain bisa menambah wawasan, membaca komik bisa membuat kita lebih mengenal budaya sendiri bukan?

[caption id="attachment_220195" align="aligncenter" width="610" caption="sumber: windriderstudio.com"]

1351259337184823671
1351259337184823671
[/caption]

Hobi membaca komik memang tidak ada salahnya. Selain menghibur, ternyata manfaatnya juga banyak. Komik juga bisa menjadi media pembelajaran yang cukup efektif untuk anak-anak, selama kontennya pun sesuai. Buku apapun yang kita baca tetap memiliki nilai manfaatnya sendiri. Karena buku bisa membuka mata melihat dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun