Suara kendaraan berlalu lalang, ramainya Jl. Ir H. Juanda mengiringi bergantinya warna langit menjadi gelap. Ratusan orang melewati jalan dengan tujuannya masing-masing. Di bahu jalan ini, deretan orang-orang lelah terlihat seperti sedang menunggu sesuatu. Tempat apakah ini? Jika mereka benar menunggu, apa yang mereka tunggu?.
Seorang pria yang terlihat berusia sekitar 19 tahun, mengenakan baju biru, berdiri di depan saya. Rambutnya berantakan, tangannya sembari memegang buku tulis dan pulpen berwarna hitam. Mungkin dia adalah seorang mahasiswa yang sedang menunggu jemputan.
Atau mungkin bisa jadi dia masih seorang pelajar yang baru selesai mengikuti bimbingan belajar? Tapi jika benar pelajar, kemana tas sekolah yang ia bawa?.
Di sebelah kiri saya ada seorang Ibu, dengan kulit yang sedikit keriput sedang menggendong anak kecil. Di sebelahnya ada seorang anak berusia sekitar 9 tahun yang entah mengapa bisa sendirian berada di sini sedang mengunyah permen karet. Di sebelah anak kecil itu ada kucing kurus terlihat kelaparan, kemudian seorang pemuda memberinya makan.
Tiba-tiba udara di halte ini menjadi sangat dingin karena hujan lebat disertai petir kencang mengguyur Ciputat, wajah orang-orang di sini berubah cemas, mungkin karena takut tidak bisa pulang? Â Saya melihat sekeliling dan menyadari bahwa halte ini semakin ramai, pengendara motor menepikan motornya dan ikut singgah di sini agar tidak terkena hujan, mereka berteduh.
Bunyi petir menggelegar membuat siapapun yang ada di sini menjerit ketakutan. Sebuah pohon besar jatuh di jalanan menimpa seorang pengendara motor yang sedang melintasi jalan di depan halte. Orang-orang histeris ketakutan dan ngilu melihat darah yang muncul dari bawah pohon jatuh yang menimpa tadi. Apakah dia mati? atau hanya terluka? Saya menangis melihat puluhan laki-laki turun dari kendaraannya, pria 19 tahun yang tadi di halte ini juga ikut lari ke jalanan, mereka mencoba mengangkat pohon yang sangat berat itu bersama-sama. Tangisan saya dan beberapa orang di sini semakin kencang, sesak rasanya ketika melihat di depan mata, pengendara motor yang tertimpa tadi sudah kehilangan nyawa dengan darah berlumur di sekujur tubuh yang sudah tidak berbentuk. Siapa yang akan menghubungi ambulans sekarang? saya? bahkan untuk bergerak pun tidak sanggup rasanya.
Saya sudah ingin pingsan melihat kejadian ini. Tiba-tiba langit gelap berubah menjadi terang, suara kucing mengeong terdengar di telinga saya. Apakah saya sudah pingsan sekarang?suara kucing siapa ini? suara hujan yang semakin deras terdengar di telinga saya, air menetes dari langit-langit bocor mengenai mata, tangan kucing menepuk pipi saya dan membuat saya tersadar bahwa pohon yang menimpa orang tadi hanyalah mimpi buruk saat hujan di siang hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H