Mohon tunggu...
an anta
an anta Mohon Tunggu... Konsultan - penikmat baca tulis

pemeharti-angka https://www.kompasiana.com/ashadiq

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Produk TV Itu Bernama Quick Count (Bagian-3)

5 Juli 2018   10:58 Diperbarui: 5 Juli 2018   11:11 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah saatnya stasiun televisi di negeri ini merevitalisasi diri dengan menyediakan tayangan yang layak, menyehatkan jiwa dan pikiran, sekaligus nikmat ditonton. Itu adalah kalimat penutup dari sebuah tulisan di Kompas tentang hasil Survei tatap muka yang dilakukan Litbang Kompas akhir Desember 2015 terhadap warga Jakarta. 

Ini kalimat saya: sudah saatnya stasiun televisi di negeri ini merevitalisasi diri-nya sendiri agar menampilkan tabulasi Quick Count yang sehat jiwa dan pikiran sekaligus enak ditonton penyelenggara Pemilu. Bantulah (assistensi) KPU/Bawaslu dengan membuat Quick Count sebagai 'video-reply'. 

Seperti Wasit di Piala Dunia Rusia 2018, bisa menggunakan VAR (video-reply) dalam memperbaiki/memperkuat keputusannya di lapangan hijau. Litbang Kompas punya sekitar '1200-Kamera' disekitar lapangan Pilkada Serentak, KPU bisa menggunakan ini dalam proses hitung-manual kertas suara.

Hai Para Produser Program Talkshow TV Nasional, anda bisa berperan serta dalam membungkus produk (dalam hal ini Quick Count) yang bisa dinikmati penonton Indonesia. 

Anda tidak bisa menaikkan/menurunkan kualitas Quick Count. Namun Anda bisa dapat rating dengan meng-educate market sekitar 30 juta lebih yang punya hak pilih (berdasarkan survei Litbang Kompas Desember 2015 : Televisi berita, seperti TVOne, MetroTV, dan Kompas TV, dipilih sebagai stasiun yang paling diminati oleh satu dari lima responden). Quick Count itu adalah data yang berisikan pilihan/pendapat rakyat (yang jadi unit sampling). Peneliti dan Paslon bukan unit sampling sehingga Quick Count itu BUKAN kumpulan pendapat para Peneliti atau Paslon. Kalaupun secara kebetulan mereka terpilih jadi unit sampling, itu sangat kecil dibanding total suara Pemilih (Data KPU : 152.057.054 Orang).

Saudara-ku Para Produser Program Talkshow dan News TV Nasional, tolong sampaikan kepada para tamu yang anda undang di acara TV anda (termasuk orang yang ditugaskan sebagai Host Acara) bahwa :

  • Biasakan (budayakan) berbicara dengan data yang telah ter-publish, bukan bicara dengan data yang di-olah atau berdasarkan pengalaman pribadi mereka. Quick Count mewakili suara 152.057.054 Orang. Kalau perlu ceritakan legenda Cinderella yang tidak pernah marah-marah kepada cermin setiap kali dia berdandan.
  • Undang sekali-kali responden yang dalam survei termasuk katagori 'tidak memberikan jawaban'. Ajarkan mereka untuk bicara di TV Nasional. Sehingga Para Peneliti tidak teralu pede saat menduga suara mereka, padahal mereka tidak punya data primer.

  • Ingatkan kepada narasumber hasil Quick Count (Lembaga Survei atau Litbang Kompas) untuk bicara lebih banyak tentang margin error sampling. Buatkan pertanyaan buat disampaikan oleh Host kepada Peneliti Quick Count itu, apakah dengan jumlah sampel yang mencukupi (dan besar) akan menjamin bebas dari Bias bukankah secara akal sehat semakin banyak jumlah sampel semakin memperbesar resiko (risk) data bias?

  • Jangan biarkan acara anda menjadi ajang adu 'keakuratan' hasil Quick Count. Adu cepat ataupun adu tepat. Bahwa mereka sudah profesional dalam bekerja sudah terlihat dari output. Bahwa mereka merupakan ahli di bidang tersebut sudah tidak ada yang menyangkal. Bahwa mereka berpengalaman di bidang tersebut sudah terbukti. Mereka secara bersama-sama adalah yang mewakili Civil Society memberikan Quick Count sebagai direction (atau penyeimbang) dari proses hitung manual di KPU.

  • Ingatkan kepada para tamu dan juga host sebelum terlibat di acara anda, agar mereka membaca buku DAMNED   LIES  AND  STATISTICS Untanging Numbers from the Media, Politicians and Activists karya Joel Best. Pada halaman-97 (The familiar warning against 'comparing apples and oranges' reminds us of the dangers of inappropriate comparisons) adalah hal perlu perhatian saat membandingkan, misalnya hasil Quick Count Jabar dan Jateng. Atau di halaman-144 (At issue  are  relatively  straight forward  questions - about  a  single number  in  one  case  and  the  method  of measurement  in  the other) saat debat sengit tentang sample/sampling dan populasi/sensus. Kita bisa berharap diskusi di TV Nasional juga bisa membawa berkah dalam khasanah ilmu pengetahuan dunia. 

  • Bahwa Para Peneliti (Lembaga Survei atau Litbang Kompas) juga punya planning mengembangkan keilmuan dari  'Pengukuran Statistika' tidak melulu mengembangkan Ilmu Sosiologi dan Politik saja. Quick Count yang telah kita terapkan beberapa kali di pemilihan Indonesia banyak menjadi referensi penggiat demokrasi internasional. Mari kita bersama memberikan dudukan yang pas buat Quick Count (yang dilaksanakan) Indonesia semakin baik. Karena ber-level dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun