Hai sobat kompasiana! Pada pembahasan kali ini penulis akan membahas bahasa kias dari novel "Si Putih". Nah, sobat pernah membaca tentang bahasa kiasan belum? Bahasa kias adalah bahasa kiasan adalah penggunaan kata-kata atau ungkapan yang tidak memiliki makna harfiah, melainkan mengandung makna tersirat atau perumpamaan.
Novel karya Tere Liye ini mengisahkan tentang N-ou si anak lelaki tangguh yang terpaksa ditinggalkan oleh orang tuanya saat sebuah wabah penyakit menyerang Klan Polaris. N-ou yang saat itu masih berusia dua belas tahun ditinggalkan seorang diri di Kota E-um karena terinfeksi virus, membuat N-ou tidak bisa memasuki wilayah evakuasi yang dijaga ketat oleh teknologi canggih. Seorang diri, N-ou meringkuk di bangunan tua yang sudah lama tidak berpenghuni. Di bangunan itu, ia bertemu dengan seekor anak kucing yang sedang terjepit di bawah salah satu bongkahan material gedung.
Novel Si Putih karya Tere Liye menggunakan banyak bahasa kias atau majas yang memperkaya cerita. Tere Liye sering kali menggunakan majas sebagai cara untuk menyampaikan pesan moral, memperdalam makna, dan membangun suasana tertentu dalam cerita. Berikut adalah beberapa analisis terkait penggunaan bahasa kias dalam novel tersebut:
1. Majas Personifikasi
Contoh: "Angin malam seolah berbisik pelan, membawa kabar duka."
Analisis: Dalam kalimat ini, angin yang merupakan benda mati digambarkan seolah-olah memiliki sifat manusia, yaitu berbisik. Ini digunakan untuk memberikan kesan mendalam terhadap suasana malam yang kelam dan penuh kesedihan, sesuai dengan tema cerita.
2. Majas Metafora
Contoh: "Si Putih adalah kilatan cahaya dalam kegelapan."
Analisis: Dalam kalimat ini, Si Putih digambarkan sebagai "kilatan cahaya dalam kegelapan." Penggambaran ini merupakan metafora yang menunjukkan bahwa Si Putih adalah simbol harapan atau penerang di tengah situasi sulit atau gelap dalam cerita.
3. Majas Simile (Perbandingan)
Contoh: "Tatapannya tajam seperti pisau yang siap menusuk."
Analisis: Kalimat ini menggunakan kata "seperti" untuk membandingkan tatapan dengan pisau, memberikan kesan bahwa karakter yang dimaksud memiliki pandangan yang sangat tajam dan menakutkan. Simile ini membantu pembaca membayangkan ekspresi karakter dengan lebih jelas.
4. Majas Hiperbola
Contoh: "Air matanya mengalir seperti lautan yang tak pernah kering."
Analisis: Ini adalah bentuk hiperbola, atau melebih-lebihkan, untuk menggambarkan kesedihan yang mendalam yang dialami oleh karakter dalam cerita. Tere Liye menggunakan majas ini untuk menunjukkan intensitas emosi yang dialami karakter.
5. Majas Ironi
Contoh: "Betapa bahagianya mereka di balik senyuman yang penuh kesedihan."
Analisis: Ironi digunakan untuk menyampaikan pesan bahwa ada perbedaan antara penampilan luar dan perasaan yang sebenarnya. Dalam contoh ini, meskipun karakter tersenyum, ada kesedihan yang tersembunyi. Hal ini memberikan kesan bahwa cerita penuh dengan konflik emosional.
6. Majas Aliterasi
Contoh: "Rintik-rintik hujan ribut di ranting-ranting rindang."
Analisis: Pengulangan konsonan 'r' dalam kalimat ini memberikan efek suara yang puitis dan musikal, sehingga memperindah narasi dan menciptakan suasana alami yang tenang dan mendalam.
7. Majas Repetisi
Contoh: "Ia terus berlari, berlari, dan berlari."
Analisis: Pengulangan kata "berlari" menunjukkan usaha yang tak kenal lelah dan memberikan kesan urgensi atau pentingnya tindakan tersebut bagi karakter.
8. Majas Alegori
Contoh: "Perjalanan Si Putih melintasi hutan adalah simbol dari perjalanan hidup yang penuh tantangan."
Analisis: Alegori digunakan untuk menggambarkan bahwa perjalanan yang dilalui oleh Si Putih bukan hanya sekedar perjalanan fisik, tetapi juga metafora dari perjalanan hidup dengan segala rintangan yang harus dihadapi.
9. Majas Litotes
Contoh: "Aku hanya seekor kucing biasa, tak punya kekuatan apa-apa."
Analisis: Kalimat ini menggunakan litotes, yaitu majas yang merendahkan diri sendiri. Tere Liye menggunakan ini untuk menggambarkan kerendahan hati atau keputusasaan yang dirasakan oleh Si Putih dalam beberapa bagian cerita.
Penggunaan bahasa kias oleh Tere Liye dalam novel Si Putih menciptakan kekuatan naratif yang memikat, mengajak pembaca untuk merenungkan makna di balik cerita. Majas-majas ini tidak hanya memperkaya bahasa yang digunakan, tetapi juga menjadi sarana penyampaian nilai-nilai moral dan refleksi tentang kehidupan.
Dari novel ini dapat kita peroleh pesan nilai jika hal yang kita anggap mustahil itu terjadi karena kurangnya pemahaman dari diri kita sendiri. Seperti kutipan Pak Tua di dalam novel Si Putih "Hanya karena kita tidak bisa memahaminya, bukan berarti itu tidak masuk akal. Itu hanyalah tingkatan lebih tinggi Klan Polaris." Novel ini juga mengajarkan jika teknologi akan berguna jika yang menggunakannya untuk kebaikan, sebaliknya teknologi dapat merusak jika digunakan untuk keburukan.
 Novel ini juga mengandung nilai moral untuk percaya diri, memiliki pendirian teguh dan tetap bersungguh-sungguh. Nilai-nilai lain yang bisa kita ambil dari novel Si Putih adalah jika dunia ini bukan hanya dihuni oleh manusia, ada hewan dan tumbuhan juga yang hidup berdampingan bersama kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H